Sejumlah diplomat mengatakan Rusia dan AS mencapai kesepakatan terkait resolusi PBB tentang perlucutan senjata kimia yang dimiliki oleh Suriah.
Mereka mengatakan Dewan Kemanan PBB menggelar pertemuan untuk mendiskusikan dokumen tentang resolusi tersebut pada hari Kamis (26/09) malam waktu setempat.
Kespakatan ini dipandang sebagai sebuah langkah penting yang dicapai oleh Rusia dan AS terkait rencana penghancuran senjata kimia dimana Suriah sepakat untuk menyelseaikannya pada pertengahan 2014.
Kesepakatan ini mengakhiri kebuntuan dalam menyelesaikan maslaah Suriah yang berlangsung selama dua setengah tahun.
Rusia dan Cina telah tiga kali menolak tawaran resolusi tentang Suriah yang didukung oleh negara barat di DK PBB.
Mereka juga mengatakan Klik inspeksi senjata kimia yang dilakukan oleh PBB di Suriah berat sebelah.
Sesaat setelah pertemuan itu Dubes AS untuk PBB, Samantha Power memastikan kesepakatan itu melalui akun Twitternya.
"Kesepakatan telah dicapai dengan Rusia terkait Resolusi DK PBB yang secara hukum mewajibkan Suriah menyerahkan senjata kimia yang mereka gunakan terhadap rakyat mereka," tulis Power.
Konsekuensi jelas
Sementara Dubes Inggris di PBB, Sir Mark Lyall Grant juga menggambarkan dokumen itu sebagai sesuatu yang "mengikat dan memaksa"
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov juga membenarkan bahwa kesepakatan telah dicapai.
Dia mengatakan resolusi itu tidak menyertakan desakan yang dilakukan sesegera mungkin seperti tercantum pada bab tujuh Piagam PBB dimana aturan itu mengijinkan digunakannya kekuatan militer.
Meski demikian dibutuhkan resolusi kedua untuk mengesahkan langkah lanjutan yang akan diambil oleh negara-negara anggota PBB.
Pejabat senior di Kementerian luar negeri AS menggambarkan kesepakatan yang dicapai pada hari Kamis merupakan sebuah terobosan.
Pejabat Kemlu AS yang tidak mau dikutip namanya itu mengatakan dokumen tersebut menyatakan dengan jelas jika Assad gagal mematuhi target yang diberikan maka akan ada konsekuensinya.
Akibat konflik di Suriah lebih dari 100.000 orang telah tewas dalam konflik itu, menurut PBB, dan jutaan orang telah meninggalkan negeri itu atau menjadi tunawisma. (BBC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar