Turki menyita sebanyak 1.200 hulu ledak roket di dekat perbatasan Suriah, demikian laporan kantor berita swasta, Dogan, pada Kamis.
Dengan mengutip Gubernur Huseyin Avni Cos, Kantor Berita Dogan menyatakan satu truk barang yang dipenuhi hulu ledak, bazoka, rudal, bom dan senjata api disita di Provinsi Adana, Turki Selatan, di dekat perbatasan Suriah.
Laporan tersebut menyatakan tim polisi Adana menyita senjata itu setelah memburu truk tersebut, yang mula-mula dicurigai bahwa kendaraan itu membawa narkotika, kata Dogan sebagaimana dilaporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.
Polisi menggunakan anjing pelacak untuk mencari narkotika di dalam truk tersebut, kata laporan itu.
Ditambahkannya, ketika polisi membuka pintu kendaraan, mereka mendapati truk tersebut dipenuhi senjata dan peledak.
Dengan dikawal oleh ahli penjinak bom, tim anti-teror membawa truk itu ke kantor polisi di wilayah tersebut. Truk itu disita.
Pengemudi truk tersebut telah ditahan, dan penyelidikan telah mulai dilakukan.
Sebelumnya dua bom mortir menghantam satu daerah yang dipenuhi orang di jantung Ibu Kota Suriah, Damaskus, menewaskan tiga orang dan melukai sejumlah orang lagi, kata media setempat.
Kedua bom mortir itu mendarat di Daerah Al-Hijas di pusat kota Damaskus pada Rabu (6/11), kata laporan tersebut, tanpa memberi perincian lebih lanjut.
Sementara itu, pertemuan tiga-pihak antara PBB, Rusia dan Amerika Serikat gagal menetapkan tanggal bagi pembicaraan perdamaian Suriah --yang lama ditunda-- di Jenewa, kata Utusan Khusus Gabungan PBB-Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi, Selasa (5/11).
"Kami mulanya berharap kami akan berada pada posisi bisa mengumumkan satu tanggal pada hari ini. Sayangnya, tidak," kata Brahimi dalam satu taklimat.
Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah serangkaian pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov dan Gennady Gatilov, Wakil Menteri Luar Negeri AS Urusan Politik Wendy Sherman, dan delegasi dari tiga lagi anggota tetap Dewan Keamana PBB, serta tetangga Suriah.
Meskipun Damaskus sudah menyampaikan kesediaan untuk memasuki perundingan dengan oposisi dalam pembicaraan tersebut, oposisi dukungan Barat tetap terpecah mengenai keikut-sertaan mereka.
Lebih dari 115.000 orang tewas dan sebanyak 2,1 juta orang dipaksa meninggalkan rumah mereka di Suriah --sebagian besar ke Jordania, Lebanon, Turki, Irak dan Mesir-- sejak konflik itu meletus setelah tindakan keras terhadap pemrotes yang dimulai Maret 2011 untuk menentang Presiden Bashar al-Assad. (Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar