Amerika Serikat hari Rabu memasukkan militan Nigeria Boko Haram dan cabangnya yang dikenal sebagai Ansaru ke dalam daftar hitam teroris, setelah tekanan berbulan-bulan untuk menindak kelompok itu.
"Penyebutan ini merupakan sebuah langkah penting dan tepat, namun hanya satu cara dalam apa yang harus menjadi pendekatan menyeluruh pemerintah Nigeria untuk melawan kelompok-kelompok ini... untuk membantu membasmi ekstrimisme keras," kata Kementerian Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.
Kekerasan Boko Haram menewaskan ribuan orang sejak 2009, khususnya di wilayah timurlaut Nigeria, dan menyulut kekhawatiran internasional mengenai potensi perluasannya ke luar perbatasan negara itu.
"Dalam beberapa tahun terakhir, Boko Haram dan Ansaru bertanggung jawab atas ribuan kematian di Nigeria timurlaut dan tengah, termasuk puluhan serangan terhadap gereja dan masjid, pembunuhan sipil bertarget, dan serangan bom bunuh diri 2011 terhadap kantor PBB di Abuja yang menewaskan 21 orang dan mencederai puluhan lain," kata penasihat utama keamanan Gedung Putih Lisa Monaco dalam sebuah pernyataan.
"Dengan memutus organisasi-organisasi teroris ini dari lembaga finansial AS dan memungkinkan bank membekukan aset yang ada di AS, langkah ini menunjukkan dukungan kuat kami bagi perjuangan Nigeria melawan terorisme dan upayanya mengatasi tantangan keamanan di wilayah utara," tambahnya.
Para pejabat AS menuduh Boko Haram memiliki kaitan dengan Al Qaida di Maghribi Islam, sementara Ansaru merupakan kelompok sempalan yang tahun ini menculik dan membunuh tujuh pekerja bangunan asing.
Kedua kelompok itu secara resmi disebut sebagai Organisasi Teroris Asing, dan ketentuan itu melarang warga AS membantu mereka dan membekukan seluruh aset mereka di AS.
Presiden AS Barack Obama bertemu dengan Presiden Nigeria Goodluck Jonathan pada September dan mendesaknya "melakukan pendekatan kontra-terorisme menyeluruh yang menggunakan sarana penegak hukum yang efektif, menciptakan peluang ekonomi dan memastikan hak asasi manusia dilindungi dan dihormati," kata Monaco.
Goodluck Jonathan pada Mei memberlakukan keadaan darurat di negara-negara bagian Adamawa, Borno dan Yobe, dimana militan Boko Haram menguasai sejumlah wilayah dan memburu pejabat setempat, yang mengancam kedaulatan Nigeria.
Pada 15 Mei, sehari setelah dekrit Jonathan dikeluarkan, militer mengumumkan peluncuran operasi besar-besaran yang bertujuan mengakhiri kekerasan militan, dengan menempatkan ribuan prajurit tambahan dan kekuatan udara di wilayah timurlaut.
Keberhasilan ofensif militer yang dilakukan dalam keadaan darurat masih tidak jelas.
Militer menyebut Boko Haram kocar-kacir dan dalam posisi bertahan, namun ratusan orang tewas dalam beberapa pekan terakhir akibat serangan militan, yang menimbulkan keraguan mengenai klaim keberhasilan pemerintah.
Kekerasan Boko Haram diperkirakan telah menewaskan lebih dari 3.600 orang sejak 2009, termasuk pembunuhan oleh pasukan keamanan.
Kelompok itu menyatakan berperang untuk mendirikan sebuah negara Islam di Nigeria utara yang penduduknya mayoritas muslim.
Kekerasan meningkat di Nigeria sejak serangan-serangan menewaskan puluhan orang selama perayaan Natal 2011 yang diklaim oleh kelompok muslim garis keras Boko Haram.
Boko Haram meluncurkan aksi kekerasan pada 2009 yang ditumpas secara brutal oleh militer yang menewaskan sekitar 800 orang dan menghancurkan masjid serta markas mereka di kota Maiduguri, Nigeria timurlaut.
Kelompok itu tidak aktif selama sekitar satu tahun dan kemudian muncul lagi pada 2010 dengan serangkaian pembunuhan.
Penduduk Nigeria yang berjumlah lebih dari 160 juta orang terpecah di wilayah utara yang sebagian besar Muslim dan wilayah selatan yang umumnya Kristen. (Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar