Mahkamah Internasional akan mengumumkan keputusannya perihal sengketa wilayah antara Thailand dan Kamboja pada Senin (11/11/2013). Kedua negara itu bersitegang, karena dipicu sengketa wilayah di sekitar candi kuno, Preah Vihear, sejak 2008.
Sengketa itu kerap memicu bentrokan antara pasukan kedua pihak yang telah menewaskan beberapa tentara dan warga sipil. Tentara Thailand mengklaim telah berusaha untuk meredakan potensi bentrokan baru.
Sengketa itu memicu para demonstran Thailand berunjuk rasa. Mereka tidak ingin situs bersejarah yang mereka klaim milik Thailand jatuh ke tangan Kamboja. Para demonstran beraksi memenuhi sejumlah ruas jalan di Bangkok.
Meski militer Thailand mengklaim terus berupaya meredam gejolak, beberapa personel mereka tetap aktif berpatroli di kawasan yang disengketakan. Sengketa itu memicu ketakutan para warga yang ada wilayah candi kuno itu.
Beberapa warga Thailand telah dievakuasi untuk menghindari kemungkinan jatuhnya korban jiwa, jika bentrok terjadi.
”Ya, saya khawatir sesuatu bisa saja terjadi di sini. Saya masih takut, karena terakhir kali mereka menyerang,” kata Bonnme Pattama, warga Thailand yang tinggal di kawasan candi kuno tersebut, seperti dikutip Xinhua.
Untuk meredam kekhawatiran, militer Thailand telah menggelar acara musik dan tari untuk penduduk setempat . Tapi, usaha itu sia-sia, karena mereka tetap ketakutan dan tidak berminat mengadiri pesta yang digelar.
Preah Vihear milik Kamboja
Mahkamah Internasional di Den Haag, memutuskan, Kamboja berhak atas kedaulatan di wilayah situs candi kuno, Preah Vihear. Keputusan itu sekaligus memerintahkan pasukan Thailand untuk hengkang dari wilayah yang mereka duduki.
Situs candi kuno yang berusia 900 tahun itu telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia. Situs itu disengketakan Thailand dan Kamboja selama beberapa tahun ini. Kedua kubu kerap terlibat bentrok yang menewaskan beberapa tentara dan warga sipil di kawasan sekitar.
Pada tahun 1962 pengadilan menyatakan, situs candi itu milik Kamboja. Namun, tidak mecakup wilayah di sekitarnya. Pemerintah Kamboja berusaha mengklarifikasi putusan dua tahun lalu, setelah pertempuran dengan pasukan Thailand meletus.
Peter Tomka, Pemimpin Mahkamah Internasional, mengatakan pengadilan telah memutuskan; “Bahwa Kamboja memiliki kedaulatan atas seluruh wilayah tanjung Preah Vihear.”
”Karena itu, Thailand wajib untuk menarik pasukannya dari wilayah itu. Polisi atau penjaga akan ditempatkan d sana,” lanjut Tomka, seperti dikutip Reuters.
Sejatinya, kedua belah pihak sepakat untuk menarik pasukan dari wilayah sengketa pada Desember 2011. Namun, pada Sabtu pekan lalu, kepala pasukan militer Kamboja di perbatasan Thailand mengadakan pertemuan darurat setelah pesawat Thailand terlihat terbang rendah di sekitar daerah yang disengketakan itu.
Sementara itu, kelompok Patriotik Jaringan Thailand, menolak keputusan Mahkamah Internasional itu. Kelompok ini sudah mengajukan petisi kepada pengadilan untuk membuang kasus tersebut. (Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar