Ratusan data rahasia yang dibocorkan mantan pekerja kontrak Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA), Edward J. Snowden, membuat Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya kebakaran jenggot.
Aksi-aksi penyadapan AS dan sekutunya dibeber gamblang, memantik kemarahan publik dunia dan ketegangan diplomatik antarnegara. Indonesia dan Australia pun ada di deretan negara-negara yang menjadi “korban” Snowden.
Reuters, 25 November 2013, melansir pemerintah Amerika Serikat dan Inggris sedang berkonsentrasi menghadapi konsekuensi dari data-data rahasia yang dibocorkan Snowden. Hal itu dipandang lebih penting ketimbang berupaya menangkap Snowden yang saat ini telah mendapat suaka sementara dari Rusia dan tinggal di Negeri Beruang Merah itu.
Beberapa sumber Reuters menyatakan, Snowden mulai mengunduh sejumlah data rahasia ketika ia dipekerjakan Dell untuk NSA pada tahun 2012. Setelah membuat kalkulasi matang, Snowden kemudian pindah dari Dell ke kontraktor NSA lainnya, Booz Allen Hamilton, demi memperoleh akses yang lebih luas ke data-data penting NSA.
Glenn Greenwald, jurnalis AS dan kolumnis Guardian yang bertemu Snowden di Hong Kong sebelum Snowden masuk Rusia, mengatakan Snowden telah “mengambil tindakan pencegahan ekstrem untuk memastikan berbagai orang di seluruh dunia memiliki arsip rahasia yang ia unduh, guna memastikan data-data di dalamnya akan dipublikasikan.”
“Jika terjadi suatu hal kepada Snowden, dia telah mengatur agar orang-orang itu memperoleh akses ke dokumen lengkapnya,” kata Greenwald kepada Daily Beast beberapa waktu lalu. Greenwald sendiri memperoleh sejumlah dokumen rahasia dari Snowden – yang kemudian dipublikasikan satu-persatu oleh Guardian sampai saat ini. Greenwald yakin Snowden masih menyimpan lebih banyak dokumen lagi.
Sebuah sumber mengatakan, Snowden belum mempublikasikan seluruh dokumen yang dimilikinya. Banyak data yang masih ia simpan sebagai “polis asuransi” terhadap kemungkinan penangkapan atau kecelakaan fisik terhadap dirinya.
Pejabat AS pun menyatakan Snowden sejauh ini baru membocorkan sebagian kecil dari dokumen rahasia yang ia curi. “Yang terburuk belum datang,” kata mantan pejabat AS yang ikut menginvestigasi kebocoran data intelijen akibat ulah Snowden.
Sejumlah pejabat administrasi Presiden AS Barack Obama diam-diam mengatakan, Snowden telah mengunduh cukup banyak dokumen rahasia sebagai bahan berita selama dua tahun penuh. Snowden diyakini mengunduh 50.000 sampai 200.000 dokumen rahasia NSA dan pemerintah Inggris.
Menanti “kiamat”
Pejabat intelijen Amerika Serikat dan Inggris saat ini sedang menanti “kiamat” menerpa lembaga mereka. Kiamat itu akan datang seandainya seluruh data rahasia yang dicuri Snowden dipublikasikan. Saat ini mereka bertanya-tanya, di ruang penyimpanan data sementara (cache) mana dokumen-dokumen itu disimpan Snowden.
Intelijen kedua negara yakin dokumen-dokumen itu disimpan dan dienkripsi (ditulis dalam bentuk kode atau sandi) secara terpisah dari berbagai materi yang saat ini telah dibocorkan Snowden ke media. Snowden diyakini telah memindahkan data enkripsi dalam jumlah banyak ke data cloud – pusat penyimpanan data virtual yang bisa diakses lewat internet.
Pejabat-pejabat keamanan AS mengindikasikan mereka tidak tahu apakah data-data rahasia itu masih menjadi milik pribadi Snowden atau tidak. Snowden sendiri mengatakan tidak membawa data-data itu ketika memasuki Rusia. (VivaNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar