Parlamen Nasional Timor Leste, Senin 16 Desember 2013, mengeluarkan resolusi yang mengutuk aksi spionase yang dilakukan intelijen Australia tahun 2004 dan penggeledahan organisasi mata-mata itu terhadap Bernard Collaery, pengacara negara ini di Canberra.
Intelijen Australia melakukan penyadapan terhadap kantor kabinet Timor Leste saat dua negara sedang bernegosiasi soal celah laut Timor.
Sedangkan penggeledahan terhadap Bernard Collaery terjadi pada 5 Desember lalu. Collaery menjadi pengacara Timor Leste dalam sengketa yang diajukan negara ini ke Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda, dalam perjanjian Certain Maritime Arrgement Timor Sea (CMATS) tahun 2006.
Dalam resolusinya, Parlemen minta pemerintah Timor Leste merevisi kerja sama dengan pemerintah Australia, mendesak Badan Intelijen Nasional negara ini meninjau program kerja samanya dengan badan mata-mata Negeri Kangguru itu.
"Kita melawan aksi intelijen (Australia) dan isu penyadapan," kata Ketua Parlamen Nasional Vicente Guterres, dalam sidang pleno di Parlamen, Senin 16 Desember 2013.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Fraksi Partai Congresu Nasional Rekonstrusaun de Timor-Leste (CNRT) , Natalino Dos Santos Nacimentu mengatakan, resolusi ini dikeluarkan untuk mempertahankan kedaulatan negara yang tidak dihargai oleh Australia. "Sebagaia wakil rakyat, kita harus berdiri melawan Australia," kata dia.
Pernyataan senada dilontarkan oleh anggota fraksi partai Fretilin, David Dias Ximenes dan Ketua Fraksi Partai Demokrat Adriano Joao. "Kami keluarkan resolusi ini melawan Australia untuk membela hak atas minyak dan gas," kata Ximenes.
Sementara itu, Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao mengungkapkan kemarahannya kepada Australian Federal Police (AFP) karena menahan Palmire Pires di Bandara, di Darwin, Australia, pada 13 Desember 2013 lalu. Pires adalah adik Menteri Pertambagan dan Peminyakan Alfredo Pires.
Menurut Xanana, sebuah laptop, USB dan uang sekitar USD 20 ribu ditahan dan tidak dikembalikan. Ia mengingatkan Australia bahwa warganya bukan teroris. "Kalau saya radikal, saya akan melarang warga saya ke Australia," kata Xanana, seusai bertemu Presiden Timor Leste di kantor Presiden. (Tempo)
kasihan orang timor-timur,, baru nyadar kalo tujuan barat dan australia mengadu domba dg negaranya dulu/indonesia cuma ingin mengurangi/melemahkan kekuataan indonesia, ingin membendung pengaruh cina awalnya, sekarang ingin menguasai kekayaan alamnya utamanya blog minyak di celah timor yg sekarang terbukti dikuasai perusahaan australi... logikanya mana mungkin RI mau menyusahkan rakyatnya sendiri....bodoh amat jk bg2...apa mereka tdk paham jika ekonomi RI dulu sedang hancur hidup yg dijawa pun juga susah sulit cari makan, cuma ketela bakar setiap hari di sisi lain negara terus ditekan barat kurs rupiah anjlok, dijerat lewat utang IMF dan embargo alutsista, plus kebetulan presidennya sbenarnya anti perang/pak habibi krn begronnya emang ilmuwan...krn kasihan dan tdk tega konflik berdarah dg sesama anak bangsa trlalu lama maka disetujuilah jajak pendapat yg sebenarnya tdk boleh dilakukan apalagi prosesnya jg sudah tdk beres krn dihandel amerika dan ausi sambil diiming-imingi hidup enak nantinya... ya kan..? skrg hasilnya mayoritas gmn?? tengok diperbatasan pd beli dari indo krn lbh murah...sbagai yg dulu pernah mnjdi saudara kami memandang ini sbg ironi... lihat meskipun tertatih2,jatuh bangun dan masih bnyak yg miskin tp skrg NKRI perlahan bangkit, sudah masuk G20 dg pendapatan dan kemajuan ekonomi paling cepat di dunia dan terus berkembang dan diprediksi akan mengungguli australi dan eropa dimasa mendatang....semoga..!
BalasHapussepertinya Mr,Abbot skrg memandang Timtim mulai susah diatur jg mulai dianggap ancaman kayaknya, khususny yg berhubungan dg pembangunan pangkalan china di sana...ausi gerah dan waspada buktinya sudah mulai pake sadap-menyadap segala...apesnya ketahuan, pasti malu banget itu.hehee_
BalasHapus