MILITER Kolombia mengatakan, Rabu, lima gerilyawan FARC tewas selama operasi pasukan, beberapa hari setelah kelompok pemberontak FARC mengumumkan gencatan senjata sepihak.
Korban tewas mencakup pemimpin sebuah satuan FARC, Arnulfo Suarez Gonzalez, yang dikenal sebagai Alberto Guevara dan kata militer terlibat dalam perdagangan narkoba.
Militer mengatakan, kelima orang itu tewas dalam waktu beberapa jam selama operasi di wilayah Cauca.
FARC mengumumkan gencatan senjata sepihak 30 hari selama musim liburan akhir tahun, yang berlaku mulai Minggu.
Namun, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos berjanji tetap menekan kelompok gerilya kiri tersebut.
Pada akhir pekan, Diego Tabares, pemimpin sebuah sel logistik dan pendanaan untuk FARC, tewas selama operasi kepolisian di wilayah Cauca, Kolombia baratdaya, kata Polisi Nasional. Dua orang lain ditangkap.
Polisi mengatakan, Tabares diburu karena serangan bom mobil di Bogota pada Mei 2012 dengan sasaran mantan Menteri Dalam Negeri Fernando Londono. Londono selamat dalam serangan itu, namun supirnya tewas.
Tabares juga dituduh menculik seorang supir mobil Ekuador, Alfonso Darquea, dan putra seorang mantan wali kota Quito, Rodrigo Paz, pada 2002.
Berita mengenai kematian Diego Tabares itu tersiar ketika kelompok gerilya FARC memulai gencatan senjata sepihak -- yang kedua sejak dimulainya perundingan perdamaian dengan pemerintah Kolombia di Havana, Kuba, pada November 2012.
Selama setahun terakhir, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.
Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.
FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.
Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.
Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.
Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.
Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.
FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964. (Jurnas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar