Pemerintah Mesir, Kamis (15/8/2013), secara signifikan meningkatkan jumlah korban tewas bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pro-Muhammad Mursi sehari sebelumnya.
Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan, sebanyak 525 orang tewas dalam bentrokan terburuk sejak penggulingan Hosni Mubarak pada 2011 lalu.
"Sementara korban luka mencapai 3.717 orang," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Mesir Khaled el-Khateeb.
El-Khateeb menambahkan, dari 525 korban tewas, sebanyak 202 orang berasal dari kamp pengunjuk rasa di Nasr City.
Sementara itu, di Masjid Al-Iman puluhan jenazah yang sudah dibungkus kain kafan disemayamkan di sana. Nama-nama korban dituliskan di atas kain tersebut. Sementara poster Muhammad Mursi tercecer di lantai masjid yang berubah fungsi menjadi kamar jenazah itu.
Sementara itu, kepolisian juga memakamkan 43 rekan mereka yang tewas dalam bentrokan "Rabu berdarah". Peti jenazah ke-43 polisi itu dibungkus bendera Mesir dengan warna merah, hitam, dan putih.
Pemakaman ke-43 polisi itu dipimpin langsung Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim.
Namun, angka berbeda disampaikan Ikhwanul Muslimin yang menyebut korban tewas mencapai angka 2.600 orang dan korban luka mencapai 10.000 orang.
Untuk mengendalikan situasi, Pemerintah Mesir menetapkan keadaan darurat di seluruh negeri selama satu bulan.
Selain itu, jam malam juga diterapkan di Kairo dan 11 kota lainnya hingga keadaan bisa diatasi.
Kerusuhan berdarah di Mesir ini mendapat kecaman dari berbagai negara di kawasan seperti Turki, Qatar, dan Iran.
Kecaman terkait penggunaan kekerasan untuk menangani unjuk rasa juga datang dari Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar