Pemerintah AS meyakini para "ahli bom" Al Qaeda telah mampu mengembangkan jenis bahan peledak cair yang tak bisa terdeteksi.
Pakaian seorang pelaku bom bunuh diri direndam cairan bom itu, kemudian setelah kering, pakaian itu akan dikenakan lalu diledakkan di lokasi yang telah diincar.
Kekhawatiran inilah yang menjadi salah satu pemicu evakuasi staf kedutaan besar dan warga Amerika Serikat di Yaman.
Kabar soal bom cair ini diketahui setelah intelijen AS berhasil menyadap pembicaraan antara pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri dan pemimpin Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP) Nasser al-Wuhayshi di Yaman.
Pakar bahan peledak Inggris, Sidney Afford, mengatakan, metode bom cair memang dimungkinkan jika menggunakan cairan kimia yang tepat.
Meski demikian, kata Afford, saat membasahi pakaian dengan cairan bom adalah saat-saat berbahaya karena bisa menimbulkan ledakan.
Namun, untuk memicu ledakan dengan bom cair seperti itu sangat mudah. Dengan sebatang korek api sudah cukup untuk meledakkan sebuah pesawat terbang.
Bahan peledak jenis baru ini kabarnya sudah dikembangkan oleh pakar bom Al Qaeda, Ibrahim al-Asiri.
Teknologi ini pernah digunakan oleh Umar Farouk Abdulmutallab, pelaku "bom celana dalam" yang gagal meledakkan sebuah pesawat komersial AS pada 2009.
Kabar lain menyebutkan, Al-Asiri bahkan sudah mampu mengembangkan jenis bom yang ditanam di bawah kulit pelaku bom bunuh diri.
Kabar ini tak hanya membuat AS dan Inggris panik, tetapi juga membuat Pemerintah Yaman mengetatkan penjagaan di berbagai lokasi negeri itu.
Pada saat yang bersamaan, pesawat tanpa awak AS menewaskan empat terduga anggota Al Qaeda di kawasan Marib, Yaman.
Seorang pejabat keamanan setempat yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan, Pemerintah AS meyakini salah satu orang yang tewas dalam serangan drone itu adalah Saleh Jouti, anggota senior Al Qaeda. (KOmpas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar