Salah satu pejabat intelijen NATO kepada majalah Jerman, Der Spiegel, mengatakan, sejumlah pihak terutama negara-negara Barat selama ini salah terka terkait kebijakan Moskow atas krisis di Ukraina timur.
Pasukan NATO saat latihan dengan pasukan Ukraina. Para intelijen NATO menyebut Rusia tidak tertarik untuk memecah Ukraina |
Kremlin, lanjut para pejabat intelijen NATO itu, justru ingin melihat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk bersatu dalam bentuk federalisasi Ukraina. Kremlin berharap hal itu jika terjadi kesepakatan antara kubu separatis dengan Pemerintah Ukraina yang berbasis di Kiev.
Laporan itu mengejutkan, sebab selama ini NATO cenderung bersikap frontal kepada Rusia sejak krisis Ukraina timur pecah. Terlebih, NATO sudah membekukan semua kerjasama dengan Rusia.
Tak hanya itu, NATO juga mengerahkan pasukan tempurnya untuk melindungi sekutu-sekutunya di Eropa timur dari ancaman agresi Rusia.
Belum lama ini, Kepala baru NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa sekutu-sekutu NATO di Eropa timur, terutama negara-negara Baltik cemas dengan meningkatnya intensitas latihan militer Rusia di dekat perbatasan mereka.
”Kami telah meningkatkan kehadiran kami di wilayah sekutu kami di (Eropa) timur. Kami memiliki pesawat lima kali lebih banyak di udara. Pasukan kami mulai latihan setiap dua hari. Dan kami juga telah meningkatkan jumlah kapal di Baltik dan Laut Hitam,” kata Stoltenberg. (Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar