Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap semua pihak mengambil hikmah dari transisi politik di Mesir. Jika nantinya Indonesia mengalami perubahan besar, semua pihak harus berpikir rekonsiliasi.
"Ketika bangsa ini mengalami ujian dan melakukan perubahan besar, maka berpikirnya rekonsiliasi. Tidak boleh ada yang ditinggal, apalagi dipinggirkan. Apa pun harus diajak bersama. Jangan sampai ada kelompok yang merasa bisa sendiri, tapi harus bersama-sama apa pun identitasnya," kata Presiden saat berpidato di acara silaturahim dan buka puasa bersama di Istana Negara, Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Acara tersebut dihadiri Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono dan Ny Herawati Boediono, jajaran kabinet, para pimpinan lembaga negara, duta besar, pimpinan TNI/Polri, pejabat eselon I kementerian, Dirut BUMN, dan tamu undangan lain.
Presiden mengatakan, transisi politik menuju demokrasi seperti di Mesir pasti tidak mudah. Banyak negara yang mengalami hal sama ketika hendak melakukan perubahan besar. Indonesia telah mengalami sekitar 15 tahun lalu.
Jika memang ingin dilakukan transformasi di Indonesia, Presiden menekankan perlu terus dipertahankan empat pilar, yakni UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Jika empat pilar tetap dijaga, kata dia, perjalanan reformasi dengan pikiran-pikiran baru tetap akan di arah yang benar.
"Perubahan oleh bangsa mana pun, termasuk bangsa kita, harus perubahan yang damai. Perubahan ini haruslah demokratis, menggunakan dan jalankan norma-norma demokrasi. Di atas segalanya, perubahan bukanlah hanya keinginan sekelompok elite. Tidak juga hanya keinginan seorang, dua orang, tiga orang pemimpin, tetapi perubahan harus menjadi kehendak seluruh rakyat. Itu perubahan yang mesti kita jalankan di masa akan datang," pungkas Presiden. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar