Keputusan China untuk memosisikan diri sebagai salah satu produsen dan eksportir teknologi terbesar di dunia bukanlah merupakan kebetulan semata.
China juga telah menjadi pemain di berbagai bidang yang ingin dirahasiakannya, seperti mata-mata, spionase, dan peretasan komputer, serta penyuburan militernya.
Bangsa ini sedang bergerak ke arah pengembangan dan penggunaan kendaraan udara nir awak [UAV], yang dikenal sebagai drone. China tidak hanya meningkatkan penggunaan drone di dalam dan di luar perbatasannya, laporan terbaru menunjukkan bahwa negara ini berusaha untuk menjualnya ke negara-negara lain.
Pemerintah China dan petugas penegak hukum mempertimbangkan untuk pertama kalinya, penggunaan drone guna membawa bom untuk membunuh penyelundup narkoba Naw Kham di Myanmar. Dia dicari karena membantai 13 pelaut China dalam suatu serangan ke dua kapal kargo di Sungai Mekong, pada Oktober 2011.
Naw Kham berada di markas terpencil dan berbenteng, namun para petugas akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan drone guna menewaskannya. Akhirnya dia ditangkap menggunakan metode penegakan hukum yang lebih konvensional dan didakwa di pengadilan. Dia dan tiga kaki tangannya dihukum dengan suntik mati pada tanggal 1 Maret, di Kunming, Provinsi Yunnan.
Drone melakukan banyak dengan usaha lebih sedikit
Drone secara signifikan lebih ekonomis dan lebih efisien dibandingkan pesawat atau helikopter konvensional.
“Angkatan bersenjata di Amerika Serikat dan seluruh dunia telah secara aktif merangkul sistem nir awak,” demikian laporan pada Juli 2012. “Keuntungan dari berbagai sistem ini dalam hal keuletan, ketahanan, dan biaya serta emisi peluncuran yang lebih rendah, telah disorot dalam konflik baru-baru ini. ... Sistem nir awak telah menjadi bagian tetap dari operasi militer, dan akan memainkan peran yang terus meningkat dalam mesin militer modern.”
Drone Wing Loong milik China – dibuat oleh Perusahaan Industri Penerbangan China, produsen pesawat terbesar di negara ini – menelan biaya pembuatan sebesar $1 juta, demikian menurut laporan Atlantic.com.
Ukuran Wing Loong hampir mencapai 9 meter [30 kaki], dengan kisaran penerbangan hampir 4.000 kilometer [2.500 mil], dapat mencapai kecepatan 280 kilometer [175 mil] per jam, dengan ketinggian maksimum di atas 4.879 meter [16.000 kaki]. Wing Loong merupakan satu-satunya drone yang dijual China ke pasar dunia.
Kanwa Defense Review, suatu situs web Kanada yang didedikasikan untuk teknologi pertahanan dan persenjataan, melaporkan bahwa drone milik China telah dibeli dan digunakan di Uni Emirat Arab, Uzbekistan, dan sedikitnya satu negara lain yang tidak diketahui.
China menguji drone Soaring Dragon
China mungkin akan menawarkan Soaring Dragon [Xianglong BZK-005], yang memiliki ukuran 14 meter [46 kaki], memiliki kisaran penerbangan sejauh 7.000 kilometer [4.350 mil], dapat mencapai kecepatan maksimum 750 kilometer [466 mil] per jam, dan dapat mencapai ketinggian 17.773 meter [57.000 kaki].
Xianglong tetap tidak diizinkan terbang karena adanya masalah sistem pemandu yang menyebabkannya jatuh pada tahun 2011.
Yang Baikui, perancang kepala untuk pembuat pesawat terbang COSIC, mengatakan bahwa sedikitnya enam area masih membutuhkan peningkatan signifikan, terutama linkup digital dan rancangan airframe-nya.
“Jika kita memberi peringkat terhadap kemampuan otomasi UAV dengan 10 sebagai skor tertinggi, China hanya dapat mencapai lima atau enam,” demikian kata Wang Yangzhu, wakil direktur Institut Sistem Pesawat Nir Awak di Universitas Aeronautika and Astronautika di Beijing.
“Kemampuan UAV tidak boleh dinilai hanya dari kecepatan dan ketinggiannya, namun yang lebih masuk akal adalah kemampuannya untuk melakukan berbagai misi.”
Drone meningkatkan kemampuan pengamatan
Suatu laporan Komisi Peninjauan Ekonomi dan Keamanan AS-China menyatakan bahwa ketika diintegrasikan secara penuh, UAV akan meningkatkan kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat [PLA].
Fokus PLA tampaknya adalah menggunakan UAV untuk intelijen, pengamatan, dan pengintaian serta penerusan komunikasi militer, demikian tulisan dalam studi tersebut, dan menambahkan bahwa mereka kemungkinan akan mengembangkan dan mengoperasikan UAV juga untuk perang elektronik dan misi mematikan.
Drone buatan China telah atau segera akan memiliki kemampuan untuk “melakukan pengamatan berdurasi panjang dengan jarak jauh dari China, dan mengaktifkan penargetan di atas cakrawala menggunakan rudal jelajah anti-kapal jangkauan panjang milik Angkatan Laut PLA, serta rudal balistik anti-kapal DF-21D milik Artileri Kedua,” demikian laporan Taipei Times. “Ini mungkin akan berguna terutama untuk pendeteksian, pencarian, dan pelacakan target bergerak atau tetap yang bernilai tinggi.”
Mantan Mayjen China, Peng Guangqian, mengatakan pada bulan Januari bahwa drone digunakan untuk berpatroli di dekat dan mengambil foto Kepulauan Senkaku (Kepulauan Diaoyutai di Jepang) yang menjadi sengketa di Laut China Timur, dan melacak pergerakan di dekat perbatasan Korea Utara. China menyangkal tindakan pengamatan ini.
China dan Jepang telah terlibat dalam pertempuran kecil ketika pesawat atau kapal China mengarah terlalu dekat ke kepulauan yang tidak berpenghuni tersebut.
Militer internasional menambah drone
“Drone merupakan bentuk baru persenjataan canggih yang digunakan oleh banyak militer di seluruh dunia,” demikian perkataan juru bicara Kementerian Pertahanan China, Yang Yujen, dalam wawancara pada pertengahan bulan April. “Angkatan bersenjata China mengembangkan persenjataan dan peralatan demi tujuan menjunjung integritas wilayah, keamanan nasional, dan perdamaian dunia. Semua ini tidak bermaksud untuk menghadirkan ancaman bagi negara mana pun.”
“Justifikasi untuk penyerangan mungkin adalah bahwa Beijing juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan warganya. Di sanalah perlu terdapat kesepakatan mengenai batasan,” demikian ungkap Siemon Wezeman, seorang rekan senior di Stockholm International Peace Research Institute, Swedia.
Bersama dengan peran mereka dalam kemiliteran, drone menawarkan keuntungan penting dalam dunia sipil dan juga ilmiah, termasuk perlindungan lingkungan, penelitian atmosfer dan meteorologi, serta pengkajian bencana. (APD)
Cina menunjukkan dominasi dibidang UAV, bila negara2 ASEAN tdk cepat2 menyamakan alutsistanya dan UAV cina akan menggerayangi wilah teritori anda. He.....he.....ngeri
BalasHapus