Dibunuhnya dua warga negara Jepang oleh ISIS, Haruna Yukawa dan Kenji Goto, dinilai telah membangunkan Jepang dari mimpi di siang hari, bahwa niat baik dan mulia tidak cukup untuk melindungi mereka dari ancaman teroris seperti ISIS.
“Biarkan mimpi buruk untuk Jepang dimulai," ucap militan ISIS yang melakukan pembunuhan terhadap Kenji Goto dalam rekaman video, seperti dikutip New York Times, Minggu, 1 Februari 2015. Jepang tidak pernah terlibat dalam perang sejak Perang Dunia II.
Jepang pun tidak terlibat dalam berbagai operasi melawan terorisme, dilakukan oleh negara-negara Barat yang menjadi sekutu Jepang, termasuk serangan udara terhadap ISIS di Irak dan Suriah, di mana negara-negara Arab turut serta.
Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe tampak jelas memperlihatkan kemarahan, menanggapi pembunuhan terhadap Kenji Goto, bersumpah bahwa para teroris akan membayar atas tindakan mereka. Pernyataan keras yang tidak pernah dilakukan Jepang sebelumnya.
"Jepang belum pernah terlihat mengekspresikan gaya barat dalam diplomasi mereka sebelumnya," kata Akihisa Nagashima, mantan wakil menteri pertahanan Jepang. "Apakah dia (Abe) berusaha memberi Jepang kemampuan untuk mendukung sumpahnya?"
Abe mengatakan ingin mendiskusikan sebuah kerangka kerja yang memungkinkan militer Jepang melakukan operasi penyelamatan, bagi warga negara mereka yang dalam bahaya di luar negeri, Senin, 2 Februari 2015,
Dia menginginkan legislasi yang mengakhiri larangan bagi militer Jepang untuk terlibat pertempuran di luar negeri, demi membantu para sekutu Jepang yang menjadi sasaran serangan. Pembunuhan dua warganya, tampak bagai serangan 11 September 2001 bagi Jepang.
"Ini waktunya untuk Jepang berhenti bermimpi, bahwa niat baik dan mulia dapat melindungi dari bahaya di dunia luar sana," kata Kunihiko Miyake, mantan diplomat Jepang yang kini menjadi penasihat Abe untuk hubungan luar negeri.
Bagi Jepang, pembunuhan Haruna Yukawa dan Kenji Goto, lebih dari sekedar serangan teroris yang terjadi di Prancis, awal Januari 2015. Sebab selama ini Jepang tidak melakukan sesuatu, yang dapat dinilai sebagai provokasi untuk dibalas oleh kelompok-kelompok teroris.
Sejumlah analis dan diplomat mengatakan, trauma atas pembunuhan dua orang Jepang, akan mendorong Jepang untuk membangun kembali kekuatan militernya. Kekuatan yang pada Perang Dunia II sangat menakutkan, sebelum dihentikan dengan dua bom atom.
Militan ISIS mengancam bahwa tidak ada warga Jepang yang akan aman di seluruh dunia. Ancaman itu tampaknya tidak membuat Jepang yang terkenal dengan budaya samurainya menjadi takut, sebaliknya membangkitkan kemarahan.
Saat ini publik Jepang tampak mendukung penuh keinginan Abe, untuk meningkatkan profil Jepang di Timur Tengah. "Saya tidak melihat sedikit pun tanda orang Jepang ingin mundur. Sebaliknya mereka sangat marah," kata Ichiro Fujisaki, mantan duta besar Jepang untuk AS.
"Sebenarnya ini sungguh mengejutkan, bagaimana orang Jepang bersatu menentang kelompok teroris," tambah Fujisaki. Analis lainnya menambahkan, publik Jepang akan berdiri di sekitar pemimpinnya pada masa krisis, seperti tampak saat Jepang dihantam tsunami pada 2011.
"Tidak ada negara yang aman dari terorisme. Bagaimana kita menghentikan pengaruh ISIS dan menghentikan ekstremisme? Jepang harus memainkan bagian untuk mencapai ini," kata Abe di parlemen. (VivaNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar