Ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat belakangan ini meningkat lantaran konflik Suriah. Menurut pengamat, ketegangan ini lebih berbahaya ketimbang pada masa Perang Dingin. Konflik Suriah yang tak kunjung berakhir membuat dua negara kekuatan besar itu saling mempersiapkan kemungkinan terburuk.
AS disebut-sebut akan melancarkan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Suriah sebagai bentuk opsi militer. Rusia yang selama ini mendukung rezim Basyar al-Assad sudah mengatakan akan mempertahankan Suriah dari serangan AS.
Dalam pandangan Rusia, AS akan melancarkan serangan terlebih dulu dan Negeri Beruang merah itu akan memberi respon dengan kekuatan militer mereka. Berikut lima sinyal yang menyatakan Rusia siap berperang nuklir dengan AS dan sekutunya:
1. Rusia panggil pulang semua warga di luar negeri
Rusia dilaporkan meminta seluruh pejabat mereka di luar negeri memulangkan keluarganya menyusul kondisi saat ini yang berpotensi menimbulkan Perang Dunia.
Media lokal mengatakan, sejumlah politisi dan pejabat-pejabat penting sudah menerima peringatan dari Presiden Vladimir Putin untuk membawa pulang orang-orang yang mereka kasihi ke Tanah Air.
Menurut situs Rusia Znak.com, seluruh pejabat dan staf administrasi negara di semua tingkatan sudah diperintahkan memulangkan semua anak-anak mereka dari sekolah luar negeri.
Media setempat menyatakan siapa pun yang tidak menuruti perintah ini akan kehilangan kesempatan mendapat promosi jabatan. Meski begitu belum jelas juga apa penyebab pemerintah meminta keluarga para pejabat dipulangkan.
Dikutip Daily Star, pengamat politik Rusia Stanislav Belkovsky mengatakan, "perintah ini adalah bagian dari langkah antisipasi terhadap kemungkinan 'perang besar'."
Kabar ini muncul setelah Putin membatalkan kunjungan ke Prancis karena tudingan atas peran Moskow dalam konflik Suriah. Selain itu beberapa waktu lalu terungkap Kremlin sudah mengerahkan rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir ke dekat perbatasan Polandia.
Mantan presiden Soviet Mikhail Gorbachev juga sempat menyatakan kekhawatirannya terhadap kondisi dunia karena ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat dalam konflik Suriah.
Hubungan AS dan Rusia kini dalam kondisi paling buruk sejak Perang Dingin setelah gencatan senjata di Suriah gagal terlaksana.
2. Rusia pertama kali kerahkan senjata antirudal di Suriah
Tiga pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada stasiun televisi Fox News, Rusia kini sudah mengerahkan persenjataan militer modern berupa sistem antirudal ke Suriah buat pertama kali. Ini berarti Rusia ingin meningkatkan operasi militernya di Suriah untuk mendukung rezim Basyar al-Assad, seperti dilansir Fox News, Selasa (4/10).
Kabar ini muncul menyusul gagalnya gencatan senjata yang diupayakan AS dan Rusia dua pekan lalu.
Sistem antirudal jenis SA-23 Gladiator itu mempunyai jangkauan jarak tembak 150 mil. Persenjataan militer itu tiba di pangkalan laut Rusia di sepanjang pesisir Mediterania di Kota Tartus, Suriah.
Mengutip pernyataan intelijen, seorang pejabat negara Barat mengatakan ini adalah kali pertama Rusia mengerahkan SA-23 di luar negaranya. Meski begitu rudal dan komponen-komponen senjata militer itu masih belum disiapkan untuk beroperasi.
Komunitas intelijen AS dalam beberapa pekan terakhir memang mengamati pergerakan dari SA-23.
Meski belum jelas apa tujuan Rusia mengerahkan senjata itu, namun seorang pejabat AS dengan sarkastis bertanya-tanya, "Nusra jelas tidak punya angkatan udara, bukan?" kata dia tentang kelompok jaringan Al Qaidah di Suriah. ISIS juga tidak punya pesawat. Itu artinya Rusia jelas mengerahkan sistem antirudal buat melindungi diri dari segala kemungkinan serangan dari Amerika Serikat dan sekutunya.
SA-23 bisa meluncurkan dua jenis rudal. Rudal lebih kecil dipakai untuk menembak pesawat dan rudal yang dari musuh, NATO menyebutnya Gladiator. Rudal lebih besar dipakai untuk menghalau rudal balistik musuh jarak menengah dan mengganggu pergerakan pesawat musuh. Menurut military-today.com, kedua rudal memuat hulu ledak yang sama tipenya, mengandung 136 kilogram peledak.
Pejabat AS belakangan menuding Rusia dan rezim Suriah membombardir rakyat sipil. Dua pekan lalu rombongan kendaraan bantuan kemanusiaan PBB diserang bom hingga menewaskan puluhan relawan. Menurut laporan media lokal, dalam beberapa pekan terakhir, ratusan warga sipil, termasuk anak-anak tewas akibat serangan udara.
3. Rusia perintahkan warga siap berlindung di bunker dan pakai topeng gas
Menurut stasiun televisi ABC News, melalui media pemerintah, warga diperintahkan memeriksa dan mencari lokasi bunker perlindungan terdekat dan menyiapkan topeng gas. Pihak berwenang juga disiapkan untuk memberi tahu warga apa yang harus disiapkan dan dilakukan jika terjadi serangan bom nuklir.
"Jika perang nuklir itu terjadi suatu hari, kalian harus tahu di mana letak bunker perlindungan terdekat," kata sebuah laporan dari stasiun televisi pemerintah, NTV. Selanjutnya dalam tayangan itu NTV memperlihatkan sebuah lokasi bunker perlindungan di Ibu Kota Moskow.
Mantan pejabat intelijen Amerika Serikat juga mengatakan Rusia kini tengah membangun puluhan bunker pusat komando serangan nuklir.
Rusia mulai membangun bunker-bunker itu sejak beberapa tahun lalu.
Amerika Serikat dan Rusia sepakat bekerja sama untuk melenyapkan senjata nuklir mereka sejak berakhirnya Perang Dingin.
"Rusia kini tengah bersiap menghadapi perang besar yang berarti perang nuklir dengan melancarkan serangan lebih dulu," ujar Mark Schneider, mantan pejabat bidang kebijakan nuklir Pentagon kepada Free Beacon.
Scheneider mengatakan Amerika saat ini tidak serius untuk menyiapkan perang besar, apalagi perang nuklir.
Kabar Negeri Beruang Merah sedang membangun bunker itu baru-baru ini terungkap setelah media pemerintah Rusia mengatakan mereka sedang membangun bunker di Moskow sebagai bagian dari strategi keamanan nasional.
4. Rusia gelar uji coba peluncuran rudal balistik
Kantor berita RIA Novosti melaporkan, Rusia juga menggelar uji coba peluncuran rudal balistik pekan ini dan menembakkan tiga rudal dalam sehari. Dua dari rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir diluncurkan dari kapal selam di pesisir Pasifik dan satunya lagi dari suatu lokasi peluncuran di darat.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan kapal selam di Pasifik itu meluncurkan rudal antarbenua dari lepas pantai Laut Okhotsk pada Rabu lalu. Masih dalam hari yang sama, kapal selam di Laut Barents meluncurkan rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Rudal ketiga diluncurkan di sebelah timur laut Rusia di kawasan Kamchatka.
5. 40 Juta warga Rusia ikut latihan evakuasi keadaan perang
Pemerintah Rusia menggelar evakuasi besar-besar yang melibatkan 40 juta warga dalam sebuah latihan persiapan menghadapi perang nuklir awal bulan ini.
Direktur Departemen Pertahanan Sipil Oleg Manuilov mengatakan kepada Interfax, latihan itu digelar pada 4-7 Oktober melibatkan 40 juta warga dan lebih dari 200 ribu petugas penyelamat serta 50 ribu peralatan.
Latihan itu dilakukan sebagai persiapan dalam menghadapi kemungkinan perang dengan Amerika Serikat dan negara sekutunya menyusul kondisi di Suriah yang kian menegangkan. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar