Kelompok militan ISIS telah menguasai kota Mosul dan Tikrit, Irak |
Beberapa pria yang mengenakan penutup wajah berwarna hitam dan menenteng senapan serbu Kalashnikov direkam kamera di suatu tempat di Suriah.
Mereka mengaku sebagai mahasiswa, pebisnis, mantan tentara, dan bahkan beberapa remaja. Satu demi satu dari mereka mengajak rekan-rekannya untuk bergabung dengan ISIS.
Para pria itu bukan berasal dari Suriah atau Uzbekistan atau Chechnya yang selama ini banyak terlibat perang saudara Suriah. Para pria ini berasal dari Indonesia.
"Mari kita berjuang dalam jalan Allah karena ini adalah tugas kita untuk melakukan jihad dalam jalan Allah, terutama di sini di Sham (Suriah)... dan, keluarga kami akan melakukan migrasi suci ke negeri ini," kata salah seorang pria menggunakan bahasa Indonesia diselingi dengan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab.
"Saudara-saudaraku di Indonesia, janganlah takut, sebab ketakutan adalah bujukan setan," tambah pria itu.
Seorang pria lain, mengaku sebagai mantan tentara Indonesia, menyerukan rekan-rekannya yang masih bergabung di militer dan kepolisian Indonesia untuk meninggalkan kesatuannya dan tak lagi membela ideologi Pancasila.
Video ini muncul tak lama setelah ISIS menguasai kota Mosul dan Tikrit di Irak dalam sebuah serangan kilat yang terorganisasi dengan baik. Video ini menunjukkan betapa kelompok militan ISIS menarik semakin banyak warga Indonesia untuk bertempur di Suriah dan Irak.
"Seperti di Suriah, gerakan radikal Sunni ini terpecah di Indonesia," kata Sydney Jones, Direktur Institut untuk Kebijakan Analisa Konflik di Jakarta, seperti dikutip TIME.
Sebagian pejuang jihad Indonesia itu, lanjut Sydney, termasuk para tokoh senior Jamaah Islamiyah, diketahui loyal terhadap aliansi Front al-Nusra dan Al Qaeda.
"Sementara sebagian besar yang lebih militan dan bukan kelompok JI memilih mendukung ISIS," ujar Sydney.
Berdasarkan laporan terbaru, konflik di Suriah telah menarik sedikitnya 12.000 orang pejuang asing, sebagian besar berasal dari negara-negara Timur Tengah.
Namun, sebagian pejuang lain berdatangan dari Eropa, Australia, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia.
Pada Januari lalu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan, sebanyak 50 warga Indonesia berangkat untuk bertempur ke Suriah, meski tidak diketahui seberapa banyak dari mereka yang bergabung dengan ISIS. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar