Impor senjata Arab Saudi tahun lalu melonjak 54 persen menjadi 6,5 miliar dollar AS, diikuti India dengan 5,8 miliar dollar AS, menurut dokumen yang dirilis pada Minggu (8/3/2015) oleh lembaga kajian perdagangan senjata dunia, IHS. Menurut lembaga tersebut, impor Arab Saudi diperkirakan akan naik lagi menjadi 9,8 miliar dollar AS tahun ini, berdasarkan jadwal pengiriman senjata.
Menlu AS John Kerry tengah berdiskusi dengan Menlu Arab Saudi Pangeran Saud bin Faisal bin Abdulaziz al-Saud dalam pertemuan di Riyadh, Kamis (5/3/2015). |
Penulis laporan itu, Ben Moores, mengatakan, "Kita melihat keretakan politik di seluruh pelosok Timur Tengah. Pada saat bersamaan, negara-negara itu mempunyai minyak sehingga mereka bisa mempersenjatai dan melindungi diri serta memaksakan kehendak mereka terkait dinamika di kawasan itu."
Laporan itu menunjukkan, Arab Saudi sempat tertinggal dalam pembelian senjata karena tidak memiliki kemampuan mengoperasikan teknologi canggih. Namun, kata Ben dalam laporannya, negara itu memiliki semakin banyak warga berpendidikan tinggi dan pandai teknologi.
Menurut David Cortright, direktur pada Institut Kajian Internasional di Universitas Notre Dame,
Arab Saudi sedang membangun unit persenjataannya di tengah pergeseran geopolitik di Timur Tengah. Sementara itu, Amerika Serikat pun mencari dukungan untuk menumpas militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dilansir dari AP, peraih manfaat terbesar dari meningkatnya pasar senjata di Timur Tengah adalah AS. AS mengekspor senjata senilai 8,4 miliar dollar AS ke Timur Tengah tahun lalu, naik dari 6 miliar dollar AS pada 2013.
Secara global, perdagangan senjata tahun lalu naik untuk kali keenam secara berturut-turut. Impor mencapai 64,4 miliar dollar AS dari 56 miliar dollar AS.
Amerika masih menjadi pengekspor terbesar senjata dengan 23,7 miliar dollar AS, diikuti Rusia dengan 10 miliar dollar AS, lalu Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Israel, Tiongkok, Spanyol, dan Kanada.
India adalah importir terbesar tahun lalu, diikuti Tiongkok, Uni Emirat Arab, Taiwan, Australia, Korea Selatan, Indonesia, dan Turki. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar