Kepala pemerintahan Kremlin, Sergey Ivanov mengatakan, informasi tentang dugaan ancaman dari Rusia terhadap negara-negara Baltik adalah propaganda. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan politik dan ekonomi. Ia kemudian menunjuk penyebaran pasukan tambahan sebagai pelanggaran mendasar pendekatan hubungan NATO-Rusia.
"Ini adalah propaganda dari awal sampai akhir. Saya akan mengatakan itu sebagai propaganda kasar. Menuliskan klaim semacam itu harus melihat peta Perang Dunia II untuk melihat bagaimana Tentara Soviet menyerang di Suwalki, dan seolah-olah tidak ada yang berubah, sebagai alasan ilmiah dan pseudo ilmiah meletakannya di atas meja," kata Ivanov seperti dikutip dari laman TASS, Minggu (19/6/2016).
Laporan semacam itu, kata Ivanov, muncul dari situasi ekonomi yang buruk di negara-negara Baltik dan orang-orang melarikan diri dari wilayah itu. "Apa yang harus dilakukan? Resep terbaik: berteriak tentang serangan yang akan datang dari Rusia, itu hanya mimpi tentang memperbudak negara-negara Baltik," kata Ivanov.
Dengan kebijakan tersebut, NATO kemudian menarik pasukan tambahan ke negara-negara tersebut. "Apa yang akan berarti dari satu batalion atau satu brigade di lokasi baru? Ratusan pekerjaan baru. Pendapatan tambahan. Hal ini menguntungkan secara ekonomi," katanya.
Ditambahkan Ivanov, merotasi personel yang menjadi dasar penyebaran pasukan seperti yang diumumkan oleh NATO telah melanggar dasar dalam hubungan dengan Rusia.
"Yah, apa bedanya: apakah Anda memiliki satu unit permanen atau diganti setiap enam bulan. Jadi untuk mengatakan, misalnya, ada orang-orang Spanyol, dan kemudian datang Portugis. Mereka tiba tepat hari setelah orang-orang Spanyol meninggalkan. Kesiapan tempur tidak terpengaruh," tukasnya. (SindoNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar