Ucapan tersebut pun memicu respons kemarahan dari pihak Korut dalam eskalasi retorika antara kedua negara yang bersaing ini. Demikian seperti dilansir dari Belfast Telegraph, Selasa (13/5/2014).
Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara menyebut komentar yang dilontarkan Korea Selatan tersebut adalah sebuah provokasi yang "tak tertahankan" yang menunjukkan adanya pengambilalihan Korut oleh Korsel.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, Pyongyang akan meluncurkan serangan yang habis-habisan dan tanpa ampun untuk "menghilangkan" seluruh orang di Korsel dalam pemerintahan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Kim Min-seok mengatakan, Korea Utara bukanlah negara yang nyata dan ada untuk hanya kepentingan satu orang, mengacu kepada sang pemimpin, Kim Jong Un.
Kim Min-seok menambahkan, Korea Utara tidak memiliki hak asasi manusia atau kebebasan publik. Komentar tersebut terpicu oleh serangkaian penghinaan Korea Utara terhadap para pemimpin dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Seperti diketahui, Kementerian Pertahanan Seoul mengatakan militer Korut diduga melakukan kegiatan yang mencurigakan. Seorang pejabat mengatakan, Korea Selatan selalu siap untuk mengusir setiap provokasi yang dilancarkan oleh Korea Utara.
Perseteruan antara kedua negara ini sudah lama terjadi, Korea Selatan telah sangat kritis terhadap program nuklir dan rudal dari Korut, termasuk roket baru dan peluncuran rudal serta persiapan uji coba nuklir keempat. Namun komentar yang dikeluarkan pejabat Korsel tersebut ternyata mempunyai pengaruh yang lebih kuat dari biasanya.
Korsel mencoba untuk menghindari pembicaraan secara terbuka tentang apa pun yang bisa ditafsirkan sebagai runtuhnya Pemerintahan Korea Utara, karena kekhawatiran bahwa Korut akan meningkatkan ketegangan di antara dua negara. (Okezone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar