"Irak telah secara resmi meminta bantuan AS untuk kirim bantuan yang diatur dalam perjanjian keamanan, dan untuk melakukan serangan udara terhadap kelompok teroris itu," kata Zebari di Jeddah.
Permintaan ini diteruskan oleh panglima tinggi militer AS Jenderal Martin Dempsey kepada senat di Washington. Dia mengatakan bahwa kepentingan keamanan nasional AS juga bergantung pada keberhasilan Irak membasmi ISIS. Namun belum ada respons apa pun terkait permintaan tersebut.
ISIS diketahui semakin merajalela dengan menguasai lebih banyak kota di Irak. Kelompok militan ini mulai mendekati ibukota Baghdad, mengancam pemerintahan Syiah Nouri al-Maliki.
Namun yang paling membuat Irak ketar-ketir adalah saat ISIS mengincar kilang minyak terbesar di negara itu. ISIS diketahui menyerang kota Baiji dan berhasil menguasai 60 persen kilang minyak di wilayah itu itu, membakar lima kontainer penyimpanan.
Upaya mereka dihadang oleh tentara Irak yang mengklaim telah membunuh 40 militan ISIS di Baiji. Sebanyak 50 pegawai Siemens juga berhasil dibebaskan, termasuk delapan warga Jerman.
Irak memproduksi 3,3 juta barel minyak per hari dan menjadi penyimpan cadangan minyak mentah terbesar keempat dunia. Jika penyerangan seperti ini terus terjadi, Irak yang mengandalkan perekonomiannya dari minyak ini bisa morat-marit.
Pemerintahan Barack Obama belum memutuskan bantuan apa yang akan diberikan. Namun AS telah merapatkan kapal induk mereka mendekat ke Irak. AS juga dilaporkan telah menerbangkan jet tempur F-18 dari USS George HW Bush untuk misi pengintaian di negara itu.
Pejabat senior Gedung Putih mengatakan AS kemungkinan besar tidak akan menurunkan bantuan militer. Tapi AS akan mengirimkan 100 pasukan khusus, bukan untuk bertempur, melainkan melatih tentara dan intelijen Irak. (VivaNews)
Inilah yg diharapkan AS utk dpt membrangus petinggi2 Iraq, militernya tdk sekuat rezim yang lalu dan mudah didikte utk keperluaan AS.
BalasHapus