Kelompok ISIS Irak menguasai beberapa kota besar |
Sejumlah sel garis keras bahkan disinyalir telah menyampaikan dukungan untuk Klik ISIS secara terbuka, menurut seorang pengamat terorisme.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan hal ini sangat mengkhawatirkan.
"Kita punya pengalaman dengan militan yang ke Afghanistan dulu karena gerakan ISIS itu sama saja dengan al-Qaeda dan disana mereka mengikuti pelatihan dan mungkin juga terlibat aksi-aksi perlawanan bersenjata, kembalinya di kita ya itu cukup mengkhawatirkan," kata Ansyaad kepada Pinta Karana dari BBC Indonesia.
Umumnya, mereka yang menyatakan kesetiaan kepada ISIS adalah anggota kelompok yang merupakan pecahan dari Jamaah Islamiyah, Jamaah Anshorut Tauhid atau Negara Islam Indonesia, kata Ansyaad.
Dukungan ini pun dilakukan tidak secara tertutup.
"Kalau melihat fenomena satu dua tahun belakangan dari sosial media tampak dukungan yang cukup besar bahkan bersifat terbuka, banyak status, banyak twit, yang menunjukkan keberadaan kelompok itu harus diakui dan didukung di setiap langkah dan tindakannya di sana," kata pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian Taufik Andrie.
Ia menambahkan bahwa belum lama ini, seorang narapidana terorisme Klik Aman Abdurrahman yang pada 2010 divonis delapan tahun penjara untuk kasus kamp pelatihan militan di Aceh, dikabarkan telah mengucapkan janji setia untuk ISIS.
"Beberapa pekan lalu, ada keterangan bahwa Aman Abdurrahman dan kelompoknya membuat pernyataan baiat (pernyataan setia) berdasarkan surat yang dikirim ke internet. Artinya selain apa yang dilakukan di Jakarta, Ciputat, Malang, lewat deklarasi terbuka, ada tokoh penting yaitu Aman ini, seorang pemikir jihad kontemporer yang memberi dukungan secara terbuka," ujarnya.
Perwujudan dari dukungan itu diperkirakan adalah memberikan sumbangan materi melalui penggalangan dana, meski tidak tertutup kemungkinan Klik ISIS akan meminta pengikutnya di Indonesia untuk memberikan sumbangan personil.
Langkah antisipatif
BNPT pun mengambil langkah antisipatif untuk mencegah bergulirnya aksi teror di Indonesia, termasuk bekerja sama dengan beberapa negara.
"Pertama kita bekerja sama secara internasional dengan beberapa negara tapi pengiriman militan-militan seperti ini, ya, sulit terdeteksi karena mereka pergi umumnya banyak lewat negara ketiga, dimana para dubes kita disana juga tidak bisa mendatakan orang-orang ini karena mereka memang tidak melapor juga kepada KBRI kita di sana," kata Ansyaad.
Namun, menurut Taufik Andrie dampaknya terhadap Indonesia mungkin baru akan terlihat beberapa tahun lagi ketika situasi Suriah reda dan para kombatan kembali ke Indonesia.
"Karena fenomena pasca perang di Afghanistan di akhir 90-an hal yang terjadi adalah, para veteran perang datang ke Indonesia yang situasinya damai tapi kalau ada percikan sedikit, orang-orang dengan skill perang ini bisa mengambil porsi tertentu apalagi kala mereka berhubungan dengan faksi-faksi militan di sebuah kelompok," tutupnya. (BBC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar