Kantor berita China, Xinhua, dalam editorialnya menyatakan pemerintah Xi Jinping telah melemparkan ancaman langsung kepada Jepang. China menganggap Jepang telah melewati batas dengan ikut berpartisipasi dalam latihan angkatan laut di Laut China Selatan (LCS) atas dasar Kebebasan Navigasi yang digagas Amerika Serikat (AS).
Xinhua menilai, Jepang memiliki "motif tersembunyi" untuk ikut intervensi di LCS termasuk dengan mencoba bergabung dengan AS. Jepang juga berusaha mengumpulkan pengaruh terhadap sengketa teritorial yang dihadapinya dengan China atas Kepulauan Senkaku (Diaoyu).
"Sebagai penjaga ketertiban maritim di LCS adalah tugas bersama dari negara-negara pesisir di kawasan itu, kepentingan besar orang luar seperti Jepang dalam mengikuti jejak AS hampir tidak dapat dibenarkan. Apakah Jepang benar-benar mencari perdamaian dan keamanan regional atau hanya memancing di perairan sengketa dengan meningkatkan kehadiran militer di LCS adalah bukan pertanyaan yang sulit untuk dijawab," begitu tulisan editorial tersebut seperti dikutip dari Sputniknews, Senin (19/9/2016).
Xinhua menyatakan bahwa ketertarikan Jepang untuk ikut intervensi di LCS adalah untuk menggunakannya sebagai tawar menawar dengan China dalam sengketa Kepulauan Senkaku (Diaoyu) di Laut Cina Timur.
"Dalam masalah ini, Jepang telah meninggalkan batu yang tidak bisa berputar untuk mengaduk air dengan menyebabkan ketegangan, misalnya, rencana Jepang baru-baru ini dengan menjual murah senjata ke India dengan imbalan suara untuk melawan China," tulis Xinhua.
Editorial ini muncul untuk menanggapi pengumuman Menteri Pertahanan Jepang, Tomomi Inada bahwa Jepang akan memperluas kehadirannya di LCS. Ia juga mengatakan Jepang akan terlibat dalam latihan kapal perang bersama dengan Angkatan Laut AS dan latihan bilateral dan multilateral dengan angkatan laut regional. (SindoNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar