Pada 17 Desember lalu, Komandan Pasukan Misil Strategis Rusia Sergei Karakaev menyampaikan pada jurnalis bahwa sistem robot dalam pasukan semacam itu akan mampu menyediakan solusi untuk berbagai tantangan: dari menjalankan segala jenis pengintaian di area divisi misil hingga membantu tentara.
Selain itu, Karakaev tak mengelak bahwa 'pelindung' Yars dan Topol akan dikembangkan sebagai bagian dari proyek yang sudah mulai dikerjakan untuk membangun sistem misil potensial. Intinya, ini adalah proyek yang penting, yang akan membuat para 'pelindung' tentara ditempatkan ke sistem baru yang dirancang mampu meluncurkan misil balistik.
“Serigala” Akan Lindungi Misil
Saat ini, kita tahu mengenai pengembangan dan uji sistem robotik dinamis Wolf 2 untuk Pasukan Misil Strategis Rusia. Robot ini adalah tentara universal sungguhan, kuat dan berat, memiliki pengangkut, mampu melakukan semua misi tempur: dari patroli wilayah yang telah diprogram dan melakukan pengintaian hingga melindungi objek penting dan mendukung kelompok taktis dengan tembakan.
'Gigi' sang 'Serigala' adalah senapan mesin berat Kalashnikov dan senapan mesin berkaliber tinggi Utes dan Kord. Keunggulan utama robot ini adalah kemampuannya untuk tetap menembak saat bergerak (pada kecepatan 35 kilometer per jam) dengan penglihatan terbatas, termasuk malam hari. Citra termal, pengukur jarak sasaran laser, dan sebuah gyrostabilizer membantu sang Serigala menembak dengan akurasi tinggi.
Sergei Karakaev juga menyebutkan bahwa robot tempur tersebut telah digunakan oleh pasukan lain. Saat ini, Angkatan Darat Rusia telah memiliki robot Platform-M, yang lebih kecil dari Wolf 2, tapi memiliki fungsi yang sama. Sistem tersebut dilengkapi dengan granat, senapan mesin Malysh, dan mampu terlibat dalam pertempuran tanpa kontak.
Bertaruh pada Kecerdasan Artifisial
Karakaev menegaskan bahwa dalam waktu dekat sistem kontrol generasi keempat dan kelima terbaru, selain melindungi misil balistik dan membantu tentara Rusia, mungkin bisa 'menjalankan perintah dari pusat komando langsung ke peluncur, melalui tautan perantara, termasuk dalam kondisi aktivitas nuklir dan senjata elektronik'. Hal ini berarti jika terjadi ancaman nyata (misalnya, ketika sistem peringatan dini misil menemukan peluncur misil musuh atau saat kekacauan telah terjadi), robot akan memutuskan untuk melancarkan serangan balasan secara otomotis.
Untuk saat ini, robotik Rusia (baik untuk militer maupun tujuan ganda) belum dipercayakan untuk menjalankan misi penting semacam itu. Sistem yang ada saat ini sebagian besar dikendalikan dari jarak jauh. Oleh karena itu, menurut Karakaev, “sebelum sistem robotik baru masuk dalam militer Rusia, perlu ada riset dan uji coba lebih lanjut.”
Uji coba semacam itu telah dilakukan dalam kerangka kerja Program 'Perancangan Potensi Militer Robotik Hingga 2025', yang didesain untuk memasok angkatan bersenjata dengan robot tempur baru.
Pada September 2015, Komite Industri Militer Rusia bekerja sama dengan Kemenhan Rusia mengembangkan latihan taktis untuk menguji sistem robotik yang diterima oleh tentara. Dan pada Oktober 2015, perwakilan Russian United Instrument Manufacturing Corporation mengumumkan selesainya sistem kontrol otomatis bagi kelompok sumber daya robotik bernama Unicum. Sistem ini, menurut pengembang, tak membutuhkan kendali manusia sama sekali karena mekanismenya hampir menyamai manusia. (RBTH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar