Jet tempur F-16 milik Amerika Serikat tertembak saat menjalankan misi di
Afghanistan. Insiden semacam ini tergolong langka terjadi pada jet
tempur AS yang banyak digunakan dalam misi di beberapa negara.
Dituturkan pejabat militer AS yang enggan disebut namanya kepada AFP,
Senin (19/10/2015), jet tempur seharga US$ 100 juta atau setara Rp 1,3
triliun ini mengalami kerusakan cukup signifikan usai ditembak saat
mengudara. Jet tempur ini terpaksa membuang tangki bahan bakar dan
amunisinya sebelum kembali ke pangkalan.
Serangan ini terjadi
pada Selasa (13/10) pekan lalu di distrik Sayid Karam, Provinsi Paktia,
yang diketahui dikuasai oleh Taliban. Hingga kini, Taliban melakukan
perlawanan terhadap pasukan NATO yang dipimpin AS sejak tahun 2001 lalu.
Dalam pernyataannya melalui Twitter, Taliban mengklaim sebagai pihak
yang menembak jet tempur AS tersebut.
Foto yang didapat AFP
dan dilihat oleh pakar militer yang berbasis di London J Chacko
menunjukkan bahwa jet tempur ini kehilangan dua tangkinya yang biasa
digunakan saat memperpanjang penerbangan, kemudian kehilangan rudal
udara-ke-darat dan dua bom yang tidak memiliki pengendali jarak jauh.
Foto
itu juga menunjukkan beberapa militan bermasker berfoto dengan
perlengkapan jet yang terpaksa dibuang dan jatuh ke daratan. Ketika
ditunjukkan foto-foto ini, militer AS membenarkan adanya insiden yang
melanda jet tempurnya di Afghanistan.
"Pada 13 Oktober, sebuah
jet F-16 milik AS terkena tembakan senjata kecil di Provinsi Paktia,
Afghanistan. Serangan ke udara mengenai salah satu stabilisator pesawat
dan memicu kerusakan pada salah satu amunisi," demikian pernyataan resmi
militer AS, sembari menambahkan pilot berhasil selamat.
Jika
benar Taliban yang menembak jet F-16 ini, maka insiden ini menjadi yang
pertama kali. Taliban pernah menembak jatuh beberapa helikopter militer,
namun belum pernah F-16 yang memiliki kecepatan supersonik dan mampu
mengudara hingga 50 ribu kaki. Hanya ada segelintir insiden menimpa F-16
sebelumnya, termasuk ketika F-16 milik AS jatuh di pegunungan dekat
Bagram, Afghanistan, akibat cuaca buruk pada April 2013 lalu. (Detik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar