Rabu, 08 Oktober 2014

Teroris Khorasan Grup, Elit Al-Qaeda Akan Menyerang AS dan Sekutu

Keputusan pemerintahan Presiden Barack Obama dalam melakukan awal serangan udara terhadap militan Islamic State (IS) di Suriah dilaksanakan sejak Senin malam (27/9/2014) dan  dilanjutkan pada hari Selasa (28/9/2014).  Para pejabat di AS menyebutkan selain target ISIS /ISIL/IS sebagai target inti, terdapat target lain yang dinilai  sangat penting yaitu kelompok teroris   Khorasan Grup. Kelompok ini kecil tetapi merupakan satuan elit yang diketahui merupakan ancaman langsung terhadap AS dan negara-negara Eropa lainnya. Justru Islamic State tidak dipercaya memiliki kemampuan sebagai ancaman langsung terhadap mainland Amerika.

 Teroris Khorasan Grup, Elit Al-Qaeda Akan Menyerang AS dan Sekutu
Ancaman Khorasan Diberitakan Media (Sumber foto : shiftfrequency.com)

Para pejabat intelijen AS mengatakan  keputusan Presiden Obama menyerang militan Islamic State di Suriah telah memberikan kesempatan untuk menetralisir ancaman lainnya.  Beberapa pejabat secara terbuka menyatakan bahwa kelompok Khorasan memiliki rencana untuk melakukan serangan bom khusus  yang dapat lolos dari pengamatan sistem keamanan bandara. Bentuk bom yang kecil tetapi mempunyai daya ledak tinggi dan sangat mematikan, mampu  menghancurkan pesawat terbang. Konsep bom baru bisa berupa sebuah pasta gigi ataupun pakaian sebagai bahan peledak.


Komando Sentral AS yang mengendalikan serangan ke Suriah menyatakan telah menyerang paling tidak terhadap delapan target Khorasan di Aleppo pada malam pertama serangan udara. Letjen William C. Mayville Jr, yang bertanggung jawab atas operasi di  Staf Gabungan Pentagon, mengatakan kelompok teroris Khorasan sudah mendekati "fase eksekusi dari sebuah serangan baik di Eropa maupun tanah air."

Menurut pejabat intelijen Amerika, Khorasan erat bersekutu dengan Front Nusra (Jabhat al-Nusra)  yang merupakan afiliasi Al-Qaeda  di Suriah. Kelompok ini, dikabarkan terdiri dari para anggota Al-Qaeda dari negara-negara lain seperti  Pakistan, Afghanistan, Afrika Utara dan Chechnya yang  melakukan kepindahan, bergeser  dan bergabung ke Suriah atas perintah pimpinan tertinggi Al-Qaeda, Ayman al-Zawahri (pengganti Osama bin-Laden).

Seorang pejabat senior kontraterorisme, yang tidak mau disebut namanya menyatakan Amerika Serikat telah melakukan penjejakan kelompok tersebut selama dua tahun.  Diketahui, kelompok itu mungkin tidak memilih target, metode atau bahkan waktu untuk penyerangan. Secara terpisah,  pejabat intelijen lainnya  mengatakan  bahwa Khorasan telah "mencapai tahap di mana mereka mungkin bisa melakukan sesuatu."
BuzzFeed Rosie Gray melaporkan bahwa Khorasan tampaknya telah terhubung dengan Ibrahim al-Asiri, ahli pembuat bom dari Al-Qaeda Arab Penninsula (AQAP). Kelompok ini diketahui dipimpin oleh Muhsin al-Fadhli, seorang agen Al-Qaeda senior dan juga teman dekat dari mantan pimpinan Al-Qaeda Osama bin-Laden yang telah tewas. Fadhli sebelumnya adalah pemimpin operasi Al-Qaeda di Iran. Namun, ia kemudian diketahui  telah pindah ke Suriah pada pertengahan 2013 dan bergabung dengan Jabhat al-Nusra, perwakilan Al-Qaeda  di Suriah.

Jaksa Agung AS,  Eric Holder H. Jr pernah menyatakan  kekhawatirannya tentang adanya ancaman Khorasan  di belakang keputusan otoritas penerbangan musim panas lalu yang melarang dibawanya laptop komputer bermuatan dan ponsel dalam penerbangan  pesawat komersial Amerika Serikat.

Serangan pada Selasa (28/9/2014) pagi  ditujukan dengan target pemimpin kelompok itu, termasuk al-Fadhli, anggota Al-Qaeda asal  Kuwait  yang pindah ke Suriah tahun lalu. Pemimpin Khorasan, lainnya yang diberitakan tewas dalam serangan udara AS tersebut adalah Abu Yusuf al-Turki.

Khorasan kemudian diketahui merupakan nama lain sebuah aktifitas teror yang dikenal selama bertahun-tahun sebagai inti dari Al-Qaeda, yaitu cabang dari kelompok teroris yang dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri.  Kepala Departemen Studi Keamanan di Georgetown University, Bruce Hoffman menyatakan,  "Tidak banyak yang diketahui tentang mereka, sehingga untuk menelusuri silsilah merekapun sulit," katanya. Teroris diketahui sepanjang sejarah merupakan organisasi sangat rahasia.

Sebagai contoh  Black September pada tahun 1970-an tidak pernah diketahui pada saat itu menjadi bagian dari Fatah atau bagian dari PLO.  Sangat banyak organisasi misteri dan memiliki unit komando multinasional, untuk memahami Khorasan. "Sifat multinasional dari Khorasan  yang meliputi Palestina, Afghanistan, Chechnya, Yaman dan Mesir, adalah bagian dari apa yang memicu keprihatinan di kalangan pejabat intelijen," kata Hoffman.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa militan Al-Qaeda yang ahli dalam membuat bom asal Yaman telah tiba di Suriah untuk membantu Khorasan dalam rencana serangan teror terhadap Barat. Pemimpin Al-Qaida, Zawahiri, diyakini telah mengirim anggota Khorasan ke Suriah sekitar 18 bulan yang lalu.  Khorasan menurut badan intelijen AS diduga terdiri dari 40 sampai 60 orang, dimana  tokoh kuncinya telah pindah ke Suriah bergabung dengan Front al-Nusra. Para pengamat mengatakan hubungan keduanya seperti kelompok Taliban dan Al-Qaida sebelum dilakukannya serangan 11 September yang meruntuhkan gedung WTC. Al-Qaida membutuhkan dukungan logistik dari Taliban sebelum tahun 2001.  Para pejabat mengatakan itulah peran Jabhat al-Nusra dengan kelompok Khorasan.

Beberapa sumber menyebutkan kelompok Khorasan terdiri lebih dari 100 orang dan Pentagon melaporkan bahwa ada delapan serangan udara terhadap Khorasan di Aleppo, Suriah, pada malam pertama. Hal ini kemudian menjelaskan mengapa target yang terkait dengan Jabhat al-Nusra  terkena dalam serangan tersebut. Para pejabat mengatakan hampir tidak mungkin untuk menargetkan Khorasan tanpa menargetkan al-Nusra. Target yang dihancurkan adalah kamp pelatihan, fasilitas bahan peledak dan target operasional lainnya hancur, sementara target masusia tidak disebutkan. Para pejabat AS mengatakan mereka tidak percaya al-Fadhli adalah pemimpin tertinggi kelompok itu, ia hanyalah pemimpin Khorasan nomor tiga yang bertanggung jawab terhadap operasi eksternal yang bertanggung jawab dalam melakukan  serangan terhadap negara Barat.

Para pejabat intelijen kini justru lebih mewaspadai warga Mesir,  Muhammad Islambouli, yang sangat dekat dengan al-Zawahiri, diketahui bahwa  kakaknya Mohammed Islamboui adalah salah satu perwira tentara Mesir yang membunuh Presiden Mesir Anwar Sadat pada tahun 1981 dan diketahui  ahli dalam bidang pembajakan.

Apakah dengan serangan udara tersebut Amerika mampu menetralisir ancaman langsung terhadap warga serta fasilitas lainnya? Apakah kemudian negara-negara Barat lainnya di Eropa juga kemudian bebas? Nampaknya tidak demikian. Teori memotong kepala ular selama ini dinilai berhasil dilakukan. Ancaman terhadap AS dan negara-negara Barat lainnya setelah tewasnya pimpinan Al-Qaeda dinilai menurun dan Al-Qaeda dikatakan telah hancur kredibilitasnya.

Ternyata kemudian, Al-Qaeda kini mampu bangkit, melakukan regenerasi dan membentuk spesial unit khusus Khorasan untuk melakukan serangan. Seperti kata Hoffman, teror adalah kegiatan clandestine yang sulit untuk dilacak kepastiannya. Dengan demikian maka, ancaman teror terhadap AS dan sekutunya justru bertambah, militan Islamic State dan Khorasan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi intelijen Indonesia, yang juga harus terus menerus memonitor gerakan teror internasional, karena mereka bisa sewaktu-waktu melakukan link dan beroperasi di Indonesia.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan,
Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...