Departemen Pertahanan Amerika Serikat menolak untuk mengungkapkan total persediaan senjata nuklir yang diajukan oleh Federasi Ilmuan Amerika Serikat, tanpa memberikan alasan yang jelas. Keputusan tersebut diungkapkan dalam surat Departemen Energi Amerika Serikat baru-baru ini.
Federasi Ilmuwan Amerika merupakan sebuah kelompok swasta yang mempelajari masalah senjata nuklir dan mengadvokasi keterbukaan pemerintah tentang masalah keamanan nasional.
Di era pemerintahan Obama, Amerika Serikat pada Mei 2010 untuk pertama kalinya dalam sejarah mendeklasifikasi total persediaan senjata nuklirnya sejak awal tahun 1945. Dari data itu terungkap Amerika Serikat per tanggal 30 September 2009 memiliki 5.113 hulu ledak nuklir.
Kendati demikian, baru-baru ini, seperti tahun lalu, pemerintahan Trump mengungkapkan bahwa AS memiliki 3.822 hulu ledak nuklir per 30 September 2017, bekurang 196 dari tahun sebelumnya. Data angka 2017 diumumkan kepada publik sebagai tanggapan atas permintaan oleh kelompok ilmuwan yang meminta pembaruan data pada Oktober 2018 lalu.
"Setelah mempertimbangkan dengan cermat ditentukan bahwa informasi yang diminta tidak dapat dideklasifikasi pada saat ini," tulis Departemen Energi dalam surat tertanggal 5 April 2019 menanggapi permintaan Federasi Ilmuwan Amerika, sebagaimana dikutip Military.com, Jumat (19/4/2019).
Departemen itu tidak memberikan penjelasan atau alasan atas keputusan tersebut.
Pemerintah Rusia juga tidak mengungkapkan total hulu ledak nuklirnya. Namun, Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan Rusia memiliki sekitar 4.350 hulu ledak nuklir.
Hulu ledak nuklir melekat pada bom dan rudal, seperti yang dibawa oleh pesawat pembom strategis, kapal selam dengan rudal balistik dan rudal balistik antarbenua berbasis darat. Semua itu membentuk arsenal nuklir AS.
Direktur Federasi Proyek Informasi Nuklir, Hans M. Kristensen, menulis dalam sebuah analisis pada hari Rabu bahwa keputusan pemerintah Trump menolak mengungkapkan jumlah cadangan nuklir AS untuk tahun 2018 adalah tindakan yang tidak perlu dan kontraproduktif. Dalam pandangannya, tidak ada alasan keamanan nasional untuk merahasiakan angka tersebut.
Baru-baru ini, seperti tahun lalu, administrasi Trump mengungkapkan bahwa AS memiliki 3.822 hulu ledak nuklir per 30 September 2017, bekurang 196 dari tahun sebelumnya. Data angka 2017 diumumkan kepada publik sebagai tanggapan atas permintaan oleh kelompok ilmuwan yang meminta pembaruan data pada Oktober 2018 lalu.
"Setelah mempertimbangkan dengan cermat ditentukan bahwa informasi yang diminta tidak dapat dideklasifikasi pada saat ini," tulis Departemen Energi dalam surat tertanggal 5 April 2019 menanggapi permintaan Federasi Ilmuwan Amerika, sebagaimana dikutip Military.com, Jumat (19/4/2019).
Departemen itu tidak memberikan penjelasan atau alasan atas keputusan tersebut.
Pemerintah Rusia juga tidak mengungkapkan total hulu ledak nuklirnya. Namun, Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan Rusia memiliki sekitar 4.350 hulu ledak nuklir.
Hulu ledak nuklir melekat pada bom dan rudal, seperti yang dibawa oleh pesawat pembom strategis, kapal selam dengan rudal balistik dan rudal balistik antarbenua berbasis darat. Semua itu membentuk arsenal nuklir AS.
Direktur Federasi Proyek Informasi Nuklir, Hans M. Kristensen, menulis dalam sebuah analisis pada hari Rabu bahwa keputusan pemerintah Trump menolak mengungkapkan jumlah cadangan nuklir AS untuk tahun 2018 adalah tindakan yang tidak perlu dan kontraproduktif. Dalam pandangannya, tidak ada alasan keamanan nasional untuk merahasiakan angka tersebut. (Sindo/FAS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar