Krisis di Ukraina belum juga reda meski telah ada kesepakatan antara Ukraina, Rusia, AS dan Uni Eropa. Sejauh ini belum ada langkah konkret de- eskalasi krisis terburuk Timur-Barat di Ukraina Timur.
Tentara Rusia |
Para pemimpin separatis di bagian Republik Donetsk yang telah menyatakan kemerdekaannya mengatakan mereka tidak akan mengosongkan dan menyerahkan fasilitas publik yang disita di Ukraina Timur sebelum pemerintah "ilegal" di Kiev lengser.
Seperti halnya Rusia, kelompok milisi ini yang ini mengecam penggulingan presiden pro Kremlin Viktor Yanukovych. Rusia menolak mentah-mentah pemerintah Kiev yang baru dan menganggapnya sebagai pemerintaha yang tidak sah.
Krisis makin memuncak setelah kemarin korban tewas mulai berjatuhan di pihak milisi pro Kremlin, sementara Amerika Serikat dilaporkan akan melemaskan otot militernya untuk menghadapi pasukan Rusia yang kini masih berkumpul di perbatasan dengan Rusia-Ukraina dan jumlahnya mencapai puluhan ribu serdadu.
The Washington Post mengatakan bahwa AS akan mengerahkan pasukan darat ke Polandia dan mungkin negara-negara Baltik untuk memperluas kehadiran NATO di Eropa Timur.
Menteri Pertahanan Polandia, Tomasz Siemoniak mengatakan bahwa Polandia sebagai anggota NATO akan mengambil peran utama dalam operasi itu.
Washington telah memperingatkan Moskow bahwa Ukraina kini berada dalam "periode penting" sementara pemberontak pro Rusia menolak untuk mematuhi kesepakatan Jenewa yang dicapai Kamis lalu oleh Rusia, AS, Ukraina dan Uni Eropa untuk melucuti senjata.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bahwa kepatuhan penuh dan segera diperlukan dalam beberapa hari mendatang.
Namun, Kremlin justru telah membentak kembali dengan menekankan penyebaran pasukannya di depan pintu masuk Ukraina. (JN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar