Senin, 21 April 2014

Kontak Senjata Terjadi di Pos Pemeriksaan Slaviansk


Korban jiwa dalam aksi separatis antara militan pro-Rusia dan aparat keamanan Ukraina di wilayah timur Ukraina kembali berjatuhan.

Pada Minggu (20/4), dilaporkan ada lima orang lagi yang tewas dalam serangan yang dilakukan militan separatis pro-Rusia di sebuah pos pemeriksaan di Kota Slovyansk, Ukraina timur.


Kontak Senjata Terjadi di Pos Pemeriksaan Slaviansk

Jatuhnya korban tewas diwartakan oleh koresponden stasiun berita Rossiya 24 news dan Reuters. Sayangnya, laporan jatuhnya korban jiwa dari pihak militan tersebut tidak dikonfirmasi kebenarannya oleh Kementerian Dalam Negeri Ukraina.

Menteri Dalam Negeri Ukraina sementara, Arsen Avakov, dalam status Facebook-nya, malah mengatakan tidak ada insiden yang meletup pada hari Minggu (20/4). Selama ini, Avakov selalu menulis dalam situs jejaring sosialnya itu setiap kali ada bentrokan.


Penjelasan Avakov itu bertolak belakang dengan keterangan yang diberikan wali kota Slovyansk, yang ironisnya mendukung aksi separatis memisahkan diri dari Ukraina. Dalam keterangan tertulisnya, Wali Kota membenarkan sudah terjadi bentrokan pada Minggu dini hari pukul 2 pagi dan telah jatuh sejumlah korban jiwa.

Sejumlah saksi menyatakan beberapa orang bersenjata dari kelompok nasional sayap kanan Ukraina telah menyerang pos pemeriksaan dengan melepaskan tembakan. Namun, tuduhan itu dibantah oleh kelompok sayap kanan dengan mengatakan mereka tidak melakukan apa pun, malah menuding pasukan khusus Rusia-lah yang berada di balik bentrokan maut tersebut.

"Rusia adalah dalang di balik bentrokan hari Minggu. Jelas ini semua dilakukan oleh pasukan khusus Rusia," kata juru bicara sayap kanan Ukraina, Artem Skoropadsky.

Hingga saat ini, gelombang aksi separatis di kota-kota timur Ukraina terus terjadi. Dalam aksinya, militan pro-Rusia menginginkan segera digelarnya referendum seperti yang dilakukan daerah otonomi Crimea pada Maret lalu, yang akhirnya bergabung dengan federasi Rusia.

Pada akhir pekan lalu, pemerintah sementara Ukraina mengumumkan sebuah kesepakatan internasional yang mendesak para militan pro-Rusia segera mengosongkan gedung-gedung milik pemerintah yang mereka duduki.

Imbauan itu dikeluarkan setelah pemerintahan di Kiev juga mengeluarkan penyataan akan menunda operasi militer antiterorisme yang dikerahkan untuk memberangus pemberontak pro-Rusia di Ukraina demi menghormati Paskah. Operasi tersebut dihentikan sementara sampai Senin (21/4). Namun, kelonggaran tersebut tampaknya tidak membuat massa separatis pro-Rusia luluh.

Perundingan Jenewa

Terkait bentrokan maut pada hari Minggu itu, Rusia pun mempertanyakan dukungan yang diberikan negara-negara Barat kepada pemerintah sementara Ukraina. Pasalnya, dalam perundingan Jenewa pada Kamis (17/4) lalu, pihak Barat dan Rusia setuju agar kelompok-kelompok bersenjata ilegal di Ukraina segera membubarkan diri demi mengakhiri krisis.

Akan tetapi, sejauh ini, militan pro-Rusia belum menunjukkan tanda-tanda meninggalkan gedung-gedung pemerintahan Ukraina yang mereka duduki. Untuk itu, dikeluarkan inisiatif menerbangkan tim mediator internasional ke wilayah timur Ukraina untuk membujuk mereka agar tidak melakukan tindakan anarkistis.

Bukan hanya itu, bentrokan berdarah di Kota Slaviansk juga telah meningkatkan ketegangan di antara dua kubu yang bertikai sehingga membuat upaya penegakan perdamaian di Ukraina Timur semakin sulit dilaksanakan. Bentrokan juga memperlihatkan rakyat tidak bisa memercayai Kiev.

"Terjadinya bentrokan bersenjata ini memperlihatkan kurangnya kemauan dari Kiev untuk mengendalikan dan melucuti kelompok nasionalis dan ekstremis di negara itu," demikian bunyi pernyataan tertulis yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Rusia, Minggu (20/4).



Sumber : KJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar