Amerika Serikat dan Korea Selatan, Rabu (2/10/2013), menandatangani kerja sama militer baru terkait strategi untuk mengatasi ancaman nuklir Korea Utara.
Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel dan rekannya dari Korea Selatan Kim Kwan-jin sesaat sebelum penandatanganan perjanjian kerja sama militer baru kedua negara. | LEE JIN-MAN / POOL / AFP |
Rencana operasional ini menjelaskan sebuah "kerangka kerja strategis" antara militer kedua negara dalam menghadapi skenario ancaman nuklir Korea Utara, baik saat ini maupun di masa perang.
Rencana itu ditandatangani Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel yang kembali menegaskan komitmen AS untuk menggunakan semua kemampuan militernya untuk memberikan perlindungan yang kredibel dan bertahan lama untuk Korea Selatan.
Dalam jumpa pers usai penandatanganan kerja sama itu, Hagel menegaskan rencana strategis yang disepakati kedua negara itu mencakup seluruh ancaman senjata pemusnah massal Korea Utara, termasuk senjata kimia.
Seharusnya Korea Selatan mengambil alih komando operasional perang pada 2015, namun negeri itu meminta transisi itu ditunda akibat terus meningkatnya ancaman nuklir Korea Utara.
Dengan kesepakatan ini maka jika terjadi perang dengan Korea Utara, maka komandan militer AS yang akan memimpin sebanyak 28.000 pasukan AS di negeri itu bersama sekitar 640.000 pasukan Korea Selatan.
Berdasarkan data Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Pyongyang memiliki 5.000 ton persenjatan kimia. Ditambah dengan kemungkinan adanya bom nuklir maka ancaman terhadap Korea Selatan semakin bertambah. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar