Pejabat pertahanan dari Filipina dan Vietnam akan bertemu pekan ini untuk mengekplorasi kemungkinan latihan dan patroli angkatan laut gabungan. Jika kesepakatan tercapai, maka ini akan menjadi aliansi baru di tengah memanasnya situasi di Laut China Selatan.
Hubungan kedua negara Asia Tenggara itu memang meningkat seiring agresivitas China di kawasan Laut China Selatan dengan membangun pulau buatan di Kepulauan Spratly, yang juga diklaim Vietnam dan Filipina.
Vietnam dan Filipina akan mendiskusikan patroli, latihan, namun kemungkinan kesepakatan tidak akan dicapai minggu ini.
“Ini adalah petemuan awal,” kata sumber militer kepada Reuters. “Ini akan makan waktu tapi kami ingin maju ke tahap selanjutnya.
November lalu, keduanya menyetujui kemitraan strategis untuk meningkatkan hubungan keamanan, bertepatan dengan peningkatan kehadiran China yang mengitim peralatan militer di Kepulauan Spratly dan Paracel.
Langkah Vietnam dan Filipina ini tergolong berani, sebab banyak negara yang terlihat enggan mencari masalah dengan China karena pengaruh ekonominya.
Pertemuan antara Wakil Menteri Pertahanan Vietnam, Nguyen Chi Vinh, dan Honorio Azcueta, wakil menteri Pertahanan Filipina, dijadwalkan pada Kamis besok.
Laut Cina Selatan akan menjadi bahan pembicaraan antara kedua negara, sekaligus juga hubungan bilateral, berbagi informasi, logistik militer dan teknologi pertahanan.
Vinh akan mengunjungi pangkalan militer Filipina, termasuk fasilitas utama angkatan laut.
Sementara itu, pengadilan di Den Haag, akan segera mengeluarkan keputusan dalam kasus arbitrase yang diajukan oleh Manila.
Putusan kasus ini diharapkan memperjelas bagian hukum maritim PBB, yang akan merusak klaim China terhadap 90 persen dari Laut Cina Selatan, yang juga diklaim Taiwan, Malaysia dan Brunei.
Dua kapal perang fregat Vietnam berlabuh di Manila pada 2014 dan kapal perang Filipina kemungkinan akan melakukan hal yang sama di Vietnam
Pada Senin, Menteri Luar Negeri Filipina Jose Rene Almendras adalah utusan asing pertama yang bertemu perdana menteri baru Vietnam, Nguyen Xuan Phuc. (CNN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar