Setelah Belanda, Ukraina jadi negara terbaru yang disebutkan akan ikut “turun gunung” memerangi organisasi teroris ISIS di Suriah. Akan tetapi, ada kekhawatiran tertentu tentang potensi clash dengan militer Rusia yang sudah lebih dulu melancarkan ribuan serangan udara sejak akhir 2015 lalu.
Kabar ini dimunculkan wartawan media Inggris, Independent, menyusul adanya pertemuan Menteri Pertahanan (Menhan) Ukraina, Stepan Poltorak dengan Menhan Amerika Serikat (AS), Ash Carter, awal pekan ini.
“Kami sudah menyiapkan opsi terhadap dukungan kami terkait operasi anti-ISIS di Suriah, termasuk (penerjunan) pasukan darat. Hal ini bisa memicu potensi bentrok dengan militer Rusia,” ungkap seorang sumber pemerintahan Ukraina yang tak disebutkan namanya.
Sayangnya isu pada berita tersebut, dikatakan berita bohong. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Ukraina, melayangkan bantahannya soal berita bahwa Ukraina akan ikut gempur ISIS, via utusan khusus Kemenlu Ukraina, Dmytro Kuleba.
“(Berita) ini bohong. Kami memang bekerja sama dengan mitra-mitra kami untuk mencari solusi konflik Timur Tengah. Tapi menempatkan pasukan di Irak atau Suriah, tidak menjadi pembahasan kami,” cetus Kuleba, dilansir Sputnik, Rabu (3/2/2015).
Sanggahan lainnya juga disampaikan Andry Lysenko. Juru bicara Kepresidenan Ukraina bahkan menyatakan wartawan Inggris yang memberitakan hal tersebut, sengaja memanas-manasi perang hybrid terhadap Ukraina.
“Berita tentang kemungkinan tentara Ukraina ditempatkan di Suriah untuk melawan Daesh (sebutan lain ISIS), adalah informasi keliru. Ini merupakan elemen lain perang hybrid yang sedang dikobarkan terhadap negara kami,” timpal Lysenko. (OkeZone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar