Prancis mendaftar lebih dari 10 ribu orang yang diduga berpotensi sebagai pelaku radikalisme dan ancaman keamanan. Termasuk di dalamnya Omar Ismail Mostefai, pelaku bom bunuh diri di konser musik di Bataclan, Paris.
Mengacu kepada sumber di kepolisian, seperti dilansir AFP, Selasa (17/11/2015), mereka yang masuk daftar 'file S' (fiche S dalam bahasa Prancis), diperbaharui setiap harinya. S adalah singkatan untuk suspect atau orang yang berpotensi menjadi tersangka dan dapat membahayakan keamanan negara.
Sebanyak lebih dari 10 ribu orang tersebut dibagi ke dalam 15 kategori. Terdiri dari para hooligan hingga hingga para militan jihad yang baru kembali dari Irak dan Suriah. Para terduga pelaku akan masuk ke radar intelijen ketika mereka tertangkap atau pernah menjalani pemeriksaan.
"Ada lebih dari 10.000 orang yang berada di daftar File S," kata Perdana Menteri Prancis Manuel Valls, akhir pekan lalu.
Beberapa dari mereka telah diketahui oleh petugas keamanan atau pernah dihukum karena aksi teror, sementara yang lain diduga terkait radikalisme atau rentan terhadap hal tersebut. Baru-baru ini semakin banyak penyerangan terkait radikalisme yang muncul di Prancis, termasuk di antaranya Mohamed Merah, pelaku pembantaian 7 orang di Toulouse, Prancis, tahun 2012 silam.
Kejadian yang sama yaitu saat penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo and a Jewish, Februari 2015 yang menewaskan 17 orang. Ada pula Yassin Salhi, seorang pengantar barang yang memegang majikannya di kawasan Isere, tenggara Prancis, Juni 2015 lalu. Salhi telah masuk daftar 'File S' sejak 2 tahun lalu.
"Ini (File S) kurang lebih sebuah indikator, seperti termometer yang harus dimonitor sepanjang waktu agar efisien," ujar seorang petugas kepolisian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar