“Dalam hal ketika terjadi perang antara (Vladimir) Putin dan Washington, senjata AS tidak akan dapat menghancurkan Kremlin, apalagi untuk menghancurkan Moskow dari jarak yang aman,” bunyi laporan Il Giornale, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (7/7/2015).
Laporan yang dirilis CSBA mengutip beberapa petinggi Pentagon menyatakan bahwa 96 persen rudal yang dimiliki dan dikembangkan AS memiliki jarak tembak yang terbilang pendek. Rudal-rudal tersebut hanya bisa mencapai jarak maksimal 80 Km.
“Dengan kata lain, kekuatan udara kami hanya siap untuk menghadapi negara-negara dunia ketiga seperti Irak, di mana Angkatan Udara AS tidak akan menemui hambatan dan tidak harus berusaha keras menembus pertahanan udara musuh atau terlibat pertempuran pesawat musuh,” tulis CSBA dalam laporannya.
“Itu berarti bahwa setiap kami berperang dengan Rusia, akan membuat kami kehilangan superioritas di uadara,” sambungnya.
Rusia sukses ujicoba Rudal Nuklir Hypersonic YU-71 yang didesain menghancurkan sistem pertahanan rudal musuh |
Selain Rusia, CSBA juga mengatakan bahwa AS tidak akan mungkin melakukan serangan jarak jauh bila berperang dengan Iran dan China. Walaupun tidak sekuat Rusia, namun kedua negara itu memiliki kekuatan militer yang cukup besar dan kuat yang berpotensi besar merepotkan Angkatan Udara AS.
Bahkan, China menurut CSBA sudah memiliki kekuatan dan teknologi militer yang hampir menyamai Rusia. “Rusia dan Cina adalah cerita yang berbeda. Keduanya telah sangat maju dalam pengembangan dan pembuatan sistem pertahanan udara, yang berarti pesawat AS tidak akan bisa mendekati musuh,” pungkasnya. (Sindonews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar