Pada awal Maret, salah seorang narasumber dari Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan mulai 2018 tentara perempuan boleh bertugas di kapal selam Angkatan Laut Rusia. Namun, Angkatan Laut Rusia sendiri membantah informasi tersebut, dan kembali memunculkan perdebatan mengenai peran dan tempat perempuan di angkatan bersenjata Rusia.
Bukan hal aneh perempuan bergabung dalam lembaga militer di Rusia. Namun, sejauh ini Angkatan Laut Rusia hanya menempatkan perempuan di unit-unit tertentu saja, seperti divisi komunikasi dan medis atau di markas pinggir pantai. Menurut mereka, ini bukan tentang diskriminasi, melainkan sulitnya memastikan keamanan dan kenyamanan tentara perempuan saat ditugaskan di lapangan secara langsung. Kapal perang dan kapal selam sangat sempit, sehingga mustahil bisa menciptakan kondisi yang nyaman bagi kru yang melakukan misi pelayaran.
Hal lain yang memberatkan AL Rusia menempatkan para tentara perempuan di kapal selam atau kapal perang secara langsung adalah maraknya skandal yang terjadi di angkatan laut yang telah melakukan hal tersebut, seperti Angkatan Laut AS. Kapal Amerika tergolong lebih canggih dari kapal Rusia, bahkan para perancang telah memperhitungkan kenyamanan kru kapal sejak masih merencanakan desain. Namun, hal tersebut sekalipun tak bisa menghindari munculnya konflik yang tak diinginkan. Skandal yang baru-baru ini terjadi adalah ulah seorang sersan muda di kapal selam Wyoming yang merekam merekam rekan perempuannya saat sedang mandi dan berganti pakaian, kemudian menyebarkan rekaman tersebut. Meski demikian, pihak militer Rusia telah memastikan tentara perempuan tak akan mendapat pelecehan karena para tentara telah dibebankan tugas dan misi serius yang harus mereka jalankan.
Pertengahan Maret lalu, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Tatyana Shevtsova mengumumkan bahwa tahun ini lebih dari 220 calon tentara perempuan telah bergabung dengan akademi militer Rusia dan anggota korps taruna Rusia kini terdiri dari hampir seribu perempuan.
"Perempuan yang saat ini baru memulai pendidikan militer mereka akan bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia dalam beberapa tahun ke depan, dan kelak akan menempati pos-pos yang penting dalam militer Rusia. Kami hendak menciptakan para penerus bertalenta bagi angkatan bersenjata kami," kata Shevtsova.
Saat ini, Rusia memiliki 35 ribu orang tentara perempuan, 2.600 di antaranya menjadi pejabat militer, dan 72 orang memegang komando.
Daya Tahan Lebih Kuat
Penelitian medis yang dilakukan pada masa Soviet menunjukan bahwa perempuan—yang memiliki massa tubuh yang sama dengan laki-laki—secara substansial lebih lemah dari laki-laki. Namun, mereka memiliki karakteristik psikologis dan fisik yang membuat mereka mampu melakukan sejumlah hal yang tak dapat dilakukan oleh laki-laki. Perempuan dinilai memiliki daya tahan yang lebih kuat, dapat menghadapi stres fisik dan emosional secara lebih baik, lebih cermat, serta lebih akurat. Untuk alasan tersebut, perempuan di militer Rusia kerap ditempatkan di divisi komunikasi dan area yang menyediakan dukungan informasi serta komunikasi, layanan staf, psikologis, dan kesehatan.
Berbeda dengan lembaga militer lain di dunia, di Rusia tak pernah ada pemisahan antara posisi militer dan nonmiliter. Semua perempuan yang bekerja di lembaga militer Rusia mengenakan tanda pangkat di bahunya. Ketika komandan memerintahkan mereka untuk melakukan serangan, mereka akan melakukannya sama seperti para tentara pria. Dalam beberapa tahun terakhir, sebanyak 710 tentara perempuan terlibat dalam operasi militer secara aktif.
Namun, terdapat beberapa hal khusus yang diterapkan bagi para tentara perempuan, baik di medan perang maupun masa damai. Pada masa perang, komandan sebisa mungkin menghindari mengirim tentara perempuan ke garis depan, kecuali benar-benar diperlukan. Sementara pada masa damai, para tentara perempuan diperbolehkan mengenakan riasan wajah dan perhiasan.
Dalam hal-hal lain, kegiatan keseharian dan pelatihan yang mereka jalani hanya sedikit berbeda dengan laki-laki. Saat latihan, tentara perempuan harus berlari 15 kilometer, berlatih melemparkan granat, meletuskan berbagai macam senjata, bahkan melakukan uji coba tank. Satu-satunya hal yang membedakan mereka adalah beberapa bentuk hukuman—detensi militer atau olahraga berat seperti berlari jauh sambil mengenakan memakai baju zirah atau masker gas.
Rusia juga tak menutup kemungkinan bagi para tentara perempuan untuk menjadi elit militer. Ryazan Airborne Training Academy telah merekrut perempuan-perempuan yang akan segera menjadi pejabat militer, komandan unit terjun payung dan pasukan udara. Para taruna itu sendiri juga belajar menjadi penerjun payung. Saat ini, 383 tentara perempuan telah bergabung dengan Angkatan Udara Divisi Peskov 76. (RBTH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar