Rabu, 14 Mei 2014

Operasi militer di Ukraina, 400 tentara bayaran AS dikerahkan


Sekitar 400 tentara bayaran elite dari perusahaan keamanan swasta di Amerika Serikat (AS) ambil bagian dalam operasi militer di Ukraina. Ratusan tentara bayaran itu menjalankan misi untuk menindak massa separatis pro-Rusia di Ukraina timur dan tenggara.

Operasi militer di Ukraina, 400 tentara bayaran AS dikerahkan

Keberadaan ratusan tentara bayaran AS itu pertama kali dilaporkan media Jerman, Bild am Sonntag. Mengutip sumber di kalangan intelijen, media Jerman itu menyatakan bahwa 400 tentara bayaran dari perusahaan bernama Academi terlibat dalam operasi militer di Slavyansk, Donetsk, Ukraina timur.

Sebelum laporan itu muncul, pada tanggal 29 April 2014, Layanan Intelijen Jerman (BND) menginformasikan tentang gerakan tentara bayaran dalam operasi militer di Ukraina timur. Namun, hingga kini belum jelas pihak mana yang memerintahkan atau menyewa tentara bayaran tersebut.
 


Kementerian Luar Negeri Rusia sejatinya sudah mencium keberadaan pasukan militer asing di Ukraina timur. Laman Voice fo Russia, semalam (11/5/2014) melaporkan, salah satu pasukan militer asing adalah pasukan dari perusahaan keamanan Greystone Limited, yang sejatinya bagian dari Academi Corporation.

”Di antara kandidat yang berperan adalah perusahaan Barbados yang terdaftar di Greystone Limited, yang terintegrasi dengan perusahaan Academi,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.

”Ini adalah analog, dan, mungkin sudah berafiliasi dengan tentara swasta Blackwater, yang para karyawannya telah berulang kali melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang menyedihkan dan sistematis di daerah-daerah bermasalah ( di Ukraina timur),”

Tuduhan itu juga bersamaan dengan munculnya bukti video yang beredar di YouTube, yang menunjukkan keberadaan orang-orang bersenjata tak dikenal di wilayah Donetsk. Dalam video itu, warga lokal berteriak; ”Mercenaries! Blackwater!. Siapa yang akan menembak?.”

Academi membantah

Sementara itu, pihak Academi membantah karyawannya terlibat dalam operasi militer di Ukraina timur. Mereka menyebut tuduhan itu rumor yang disebarkan para wartawan dan blogger yang tidak bertanggung jawab.

“Pernyataan tidak berdasar tersebut dikombinasikan dengan kurangnya pelaporan faktual yang mendukung, dan kurangnya konteks tentang perusahaan. Itu tidak lebih dari upaya sensasional untuk menciptakan histeria dan berita utama di saat krisis terjadi,” bunyi peryataan perusahaan keamanan AS tersebut.

Perusahaan keamanan Amerika Blackwater telah terkenal di seluruh dunia, setelah terlibat dalam perang Irak sebagai tentara sewaan Pemerintah AS.  Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan itu telah berubah nama dua kali. Yakni pada tahun 2009 itu berganti nama menjadi Xe Services dan pada tahun 2011 berganti lagi menjadi Academi. (Sindo)

8 komentar:

  1. Weleh weleh, penulis sudah kemakan propaganda rusia. Itu di video bukan bilang Blackwater, tapi 'Rabota' sy lupa artinya apa pernah ko dijelaskan. Para pengamat militer jg meragukan klo itu Blackwater, pertama, blackwater sudah tdk ada, penerusnya academi, kedua, untuk apa di video itu org2 yg dituduh blackwater lari2 ga jelas trus balik lagi. Sudah jelaslah propaganda rusia, itu propaganda untuk konsumsi publik rusia, dimana itu digunakan untuk mengelabui msy rusia sendiri supaya mendukung aksi putin di ukraina..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu bukan propaganda Rusia, karena dalam hal propaganda Rusia pasti kalah dibanding AS dan sekutunya, cobalah lihat lagi berita2 diberbagai media. Sebetulnya sudah lama AS dan sekutunya bermain di Ukraina, termasuk dengan melakukan operasi False Flag dengan membunuh para demonstran(Ciri khas mereka). Setelah AS berhasil mengikat musuh lain dalam konflik Suriah nampaknya AS dan sekutunya telah siap untuk berhadapan langsung dengan Rusia-China.

      Hapus
  2. USA adalah biang kerok dari ketidakstabilan di ukraina, rusia tidak memulai krisis ini, tentara bayaran mereka kerahkan sebagai bukti bantuan untuk ukraina, USA tidak bisa mengerahkan militer resminya karena berdasarkan hitung-hitungan kualitas persenjataan, Rusia lebih unggul dalam segala aspek dibanding US, US hanya menang dalam kuantitas persenjataan, jadi intinya USA takut kalah jika terjadi perang terbuka dengan Rusia. Opsi militer untuk krisis ukraina tidak dilakukan oleh USA karena mereka menyadari bahwa yang dihadapinya adalah raksasa, bukan seperti irak dan bukan seperti afganistan

    BalasHapus
    Balasan
    1. AS menang kuantitas? Coba cek lg deh di wiki, klo soal kuantitas Rusia lbh byk dr AS looh. Rusia lbh unggul dr AS? Kalau mau berargumentasi fakta yah bro, jgn dicampurkan dgn kebencian (kasus ini ke AS). Malu2in jadinya LOL

      Hapus
    2. Betul memang bukan rahasia lagi, kalau AS dan sekutunya yang menguasai hampir seluruh media masa di dunia selama ini selalu memanipulasi berita dan opini, sehingga mereka dengan leluasa menghancurkan negara2 yang tidak disukainya dan membuat kejahatan yang dilakukan terhadap bangsa lain terkesan seperti bantuan atau pertolongan sekalipun diakhir operasi selalu terbongkar kedoknya tetapi penduduk dunia selalu dan akan selalu dapat dibohongi kecuali orang-orang yang mau berfikir, mulanya mereka masih jauh dari Rusia namun kini AS dan sekutunya mulai bertingkah justru didepan Rusia dengan melakukan kudeta terhadap pemerintah yang sah di Ukraina , tetapi rupanya mereka salah memilih lawan. Sekalipun Rusia kalah dalam membentuk opini dan jumlah sekutu, namun Rusia adalah bangsa yang tangguh, sejarah telah membuktikan. AS dan sekutunya sebetulnya masih punya banyak pilihan asal mereka mau sedikit menahan nafsu serakah mereka, sedangkan Rusia tidak banyak pilihan,...jangan sampai Rusia memilih untuk mati bersama.

      Hapus
    3. Abraham worang, LoL so tahu banget ya, cek dong di GPF, pastinya gak tahu ya si LoL Abrahm GFP itu apa...... dasar antek kolonial

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Saya sudah beberapa kali memperhatikan komentar si Abraham Worang di blog ini. Setiap kali ada berita, opini, ataupun komentar yang kritis pada AS dan sekutunya di Eropa, Singapura, dan Australia, selalu dia bela. Bahkan pembelaan dia itu termasuk menyudutkan dan menghina Indonesia. Saya curiga terhadap orang ini, kalau bukan antek kolonial, dia pasti bukan warga Indonesia.

    BalasHapus