Krisis politik berdarah di Ukraina dalam beberapa bulan terakhir kini berkembang menjadi ancaman perang dengan tetangganya, Rusia. Pemerintahan sementara Ukraina, yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych, hari ini mulai memobilisasi militernya secara penuh saat Rusia menyiagakan pasukannya di Crimea, wilayah Ukraina yang otonom di sebelah selatan.
Menurut Perdana Menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk, hari ini negaranya "berada di ambang bencana." Di Crimea, pasukan Ukraina berhadap-hadapan dengan militer Rusia yang mengepung pangkalan mereka, ungkap stasiun berita BBC.
Sehari sebelumnya, Presiden Vladimir Putin telah kantungi izin dari parlemen Rusia untuk kerahkan militer ke Ukraina untuk melindungi rakyat Rusia di sana. PM Ukraina pun merespons. "Ini bukan ancaman lagi, tapi benar-benar deklarasi perang atas negara saya," kata Yatseniuk seperti dikutip kantor berita Reuters.
Pasukan Rusia pun dikabarkan sudah menggali parit di jalur perbatasan darat dengan Ukraina. Rusia, yang berhasil menyelamatkan Yanukovych dari kejaran massa demonstran dan oposisi yang menggulingkan kekuasaannya, terus menguasai beberapa fasilitas vital di Semenanjung Crimea, termasuk bandar udara dan pusat komunikasi.
Namun fasilitas yang dikuasai Rusia itu hingga akhir pekan ini terus beroperasi seperti biasa. Moskow dengan mudah menempatkan pasukannya di Crimea lantaran wilayah itu dekat dengan pangkalan militer Rusia di Kota Sevastopol. Walau berada di wilayah Ukraina sejak pecahnya Uni Soviet awal dekade 1990an, Rusia punya hak khusus menempatkan pangkalan militernya di kota itu agar bisa mengerahkan kekuatan maritim di Laut Hitam yang berada di bagian timur Eropa.
Bahkan, di Kota Sevastopol, para perwira angkatan laut Ukraina tidak bisa bekerja karena markas mereka sudah diduduki pasukan Rusia. Laksamana Yuriy Ilyn, yang baru-baru ini menjabat panglima angkata laut Ukraina dan sempat menjadi panglima angkatan bersenjata di bawah kekuasaan Presiden Yanukovych, mengaku bahwa kekuatan militer negaranya kini "tersandera oleh situasi."
Selain ditekan Rusia dari perbatasan, Ukraina juga mendapat tekanan dari dalam. Di Kota Donestk, Ukraina bagian timur, para mantan anggota satuan polisi anti huru-hara yang baru-baru ini dibubarkan memobilisasi diri untuk mendukung kekuatan pro-Rusia.
Ketegangan Ukraina-Rusia memanas setelah Yanukovych digulingkan secara paksa oleh massa demonstran. Sebagai pemimpin yang condong ke Rusia, Yanukovych mulai undang kemarahan rakyat Ukraina saat November lalu membatalkan kerjasama negaranya dengan Uni Eropa, yang telah diperjuangkan pemimpin sebelum dia. (VivaNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar