Para pemimpin baru Ukraina yang pro-barat, Rabu (26/2/2014), membubarkan polisi antihuru-hara Berkut yang sangat ditakuti sebagai upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari rakyat negeri yang tengah terbelenggu masalah ekonomi itu.
Pasukan polisi antihuru-hara Ukraina, Berkut, saat meninggalkan barak mereka di Kiev |
Saat ini, pemerintahan interim Ukraina kini mengalami ancaman separatisme dan gagal membayar utang, di tengah upaya untuk mempersatukan negeri itu kembali pascademonstrasi menentang presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia.
Unjuk rasa rakyat Ukraina dimulai pada November lalu setelah Yanukovych memutuskan untuk membatalkan perjanjian dagang dengan Uni Eropa dan memilih lebih mendekat ke Rusia.
Yanukovych dan orang-orang dekatnya di bidang keamanan dan administrasi diyakini bersembunyi di kawasan semenanjung Krimea yang berbahasa Rusia dan kini mengancam untuk memisahkan diri dari Ukraina.
Kesulitan pemerintah sementara Rusia semakin bertambah ketika Moskwa memutuskan untuk membatalkan pengucuran paket dana talangan sebesar 35 miliar dolar AS yang pernah dijanjikan Presiden Vladimir Putin karena Yanukovych menolak mendekati Uni Eropa.
Ukraina tahun ini harus membayar utang luar negerinya sebesar 13 miliar dolar AS sementara kas negara itu hanya berisi 18 miliar dolar AS yang terus berkurang dengan cepat.
Kondisi ini memaksa Ukraina nampaknya harus mencari bantuan keuangan sebesar 35 miliar dolar dari negara-negara Barat.
Amerika Serikat dan Inggris sama-sama mendukung ide membantu perekonomian Ukraina di bawah pengawasan Dana Moneter Internasional (IMF).
Selain itu, kedua negara kuat Barat tersebut menolak tuduhan Rusia bahwa Ukraina dipaksa untuk membuat pilihan bersejarah antara condong ke Barat atau Timur. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar