Rabu, 11 September 2013

Pemberontak Filipina Gunakan Perisai Manusia


Gerilyawan pemberontak terlibat baku tembak dengan pasukan Filipina di Zamboanga, Filipina selatan, Selasa (10/9). Pemberontak menggunakan hampir 200 penduduk desa sebagai perisai manusia. Para saksi mengatakan, rumah-rumah penduduk dibakar.

AP Photo/Bullit Marquez Tentara Filipina berjaga-jaga di kota Zamboanga, Filipina selatan, saat warga berbondong-bondong meninggalkan tempat tinggal mereka menyusul ketegangan antara gerilyawan pemberontak dan pasukan pemerintah yang memasuki hari kedua, Selasa (10/9). Sekitar 200 gerilyawan menjadikan penduduk sebagai perisai manusia di desa-desa tersebut. | AP Photo/Bullit Marquez
AP Photo/Bullit Marquez Tentara Filipina berjaga-jaga di kota Zamboanga, Filipina selatan, saat warga berbondong-bondong meninggalkan tempat tinggal mereka menyusul ketegangan antara gerilyawan pemberontak dan pasukan pemerintah yang memasuki hari kedua, Selasa (10/9). Sekitar 200 gerilyawan menjadikan penduduk sebagai perisai manusia di desa-desa tersebut. | AP Photo/Bullit Marquez

Tembak-menembak terdengar di pinggiran kota pantai Zamboanga untuk hari kedua konfrontasi antara pasukan pemerintah dan sebuah faksi pemberontak Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang berniat mengganggu proses perundingan perdamaian.

”Pasukan keamanan telah menstabilkan keadaan. Situasi telah terkendali dan terisolasi dan tidak akan menyebar ke daerah-daerah lain,” kata Menteri Dalam Negeri Mar Roxas kepada wartawan, dengan menambahkan, pihak berwenang terus mencoba bernegosiasi dengan orang-orang bersenjata itu.


Sekitar 180 warga desa digunakan sebagai perisai manusia di enam desa, tempat para pemberontak itu bertahan dan dikepung pasukan keamanan. Demikian diungkapkan Roxas dalam konferensi pers gabungan dengan Wali Kota Zamboanga Maria Isabelle Climaco Salazar.

Pemerintah sebelumnya telah menyebut para penduduk desa itu sebagai ”sandera”. Namun, Roxas mengatakan, tampaknya mereka bebas untuk pergi kalau mereka mau.

”Tampaknya yang terjadi bukanlah penyanderaan, tetapi lebih merupakan mereka dijadikan perisai manusia oleh pasukan MNLF yang memasuki desa-desa mereka. Orang bebas masuk dan keluar dari sana, mereka tak diikat atau ditahan,” katanya.

Orang-orang bersenjata itu, yang jumlahnya sekitar 200 orang, adalah pengikut pendiri MNLF, Nur Misuari. Mereka mendarat di distrik pesisir Zamboanga, menyerbu desa-desa nelayan pada hari Senin, sebelum melakukan serangan ke Zamboanga, menyebabkan panik di kota dengan satu juta penduduk itu.

Mereka merencanakan menuju balaikota dan mengibarkan bendera mereka dan memproklamasikan kemerdekaan. Namun, rencana itu tercium aparat keamanan tiga hari sebelumnya dan tentara berhasil mencegah mereka memasuki pusat kota.

Kelompok MNLF telah menandatangani perjanjian damai dengan Manila pada 1996. Akan tetapi, ratusan gerilyawan menolak meletakkan senjata, dan baru-baru ini menuduh para pejabat Filipina mengingkari janji mereka untuk membangun kawasan otonomi khusus di Mindanao.

Misuari, yang tak bisa dihubungi kantor berita AFP ataupun negosiator pemerintah, sebelumnya dikabarkan telah menyatakan ”kemerdekaan” kawasan selatan Filipina dan mengimbau para pengikutnya menyerbu instalasi-instalasi pemerintah.

Tenggat waktu

Presiden Filipina Benigno Aquino III di Manila menolak menetapkan tenggat untuk mengatasi krisis itu. ”Kami tak bisa memberikan tenggat ketika apa yang kami ingin jamin adalah tak ada lagi penduduk sipil yang terkena dampak, terluka, atau tewas,” katanya.

Serangan pertama menewaskan empat orang dan menyebabkan 14 orang cedera, kata Roxas dan Salazar. Juru bicara MNLF, Emmanuel Fontanilla, mengatakan, para pemberontak siap bertahan.  (KOmpas)

1 komentar:

  1. Inilah kelakuan Malaysia mengadu domba di Filipina, maupun wilayah ASEAN dan termasuk Indonesia dg cara mengirim orang2nya utk mengadakan teror bom spt Dr Ashari

    BalasHapus