Sabtu, 03 Agustus 2013

Salurkan Bantuan, Relawan Indonesia Siap Mati Tembus Perbatasan Turki ke Suriah


Rakyat Indonesia berhasil mengumpulkan donasi Rp2 miliar untuk para korban perang di Suriah. Namun, menyalurkan dana itu merupakan tantangan sendiri bagi para relawan Indonesia yang turun langsung ke zona konflik.

Salurkan Bantuan, Relawan Indonesia Siap Mati Tembus Perbatasan Turki ke Suriah

Donasi itu terkumpul berkat kerja sama antara radio Rodja, situs pencari Yufid, dan lembaga amal Peduli Muslim. Ketua Peduli Muslim Ginanjar Indrajati Bintoro mengatakan, dana itu telah dibelikan logistik dan dibagikan ke warga di Suriah dalam dua pemberangkatan.

Kendala dalam membagikan bantuan salah satunya adalah sulitnya memasuki Suriah. Pria yang disapa Jati ini mengatakan, mereka masuk Suriah melalui Turki.

Pada pemberangkatan pertama April lalu, relawan lancar melewati Turki. Namun masalah ditemui oleh tim relawan kloter kedua yang berangkat 18 Juli 2013, yang kini masih berada di sana untuk membagikan bantuan.


"Pihak rezim Bashar Al-Assad membuat keributan di Turki, di antaranya peledakan di kota kecil dekat perbatasan, Reyhanli, pada 11 Mei 2013 yang lalu, menewaskan 46 orang dan 100 orang lainnya terluka," kata Jati kepada VIVAnews, Jumat 2 Agustus 2013.

Semenjak kejadian itu, pemerintah Turki memperketat perbatasan. "Kami merasa Assad melakukan itu untuk menebar teror agar orang-orang dari luar Suriah takut beri bantuan dan membuat pemerintah Turki memperketat kawasan perbatasan sehingga bantuan sulit masuk," ujarnya lagi.

Turki selama ini banyak memberikan bantuan pada rakyat Suriah. Bahkan, kata Jati, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan tidak mengakui pemerintahan Bashar al-Assad yang membunuhi rakyatnya sendiri. Namun, setelah ledakan itu, akses perbatasan benar-benar diperketat.

"Ini dapat kami maklumi karena pemerintah Turki juga memiliki kewajiban menjaga stabilitas negaranya sendiri," ujar Jati.

Harus Siap Mati

Diperketatnya perbatasan menyulitkan relawan Indonesia. Akhirnya, pemberangkatan kedua mengambil jalur berbeda, mencari aman.

Kendati diperketat, namun relawan menemukan hal unik di perbatasan. Salah satunya adalah dukungan dari tentara Turki untuk para pemberi bantuan.

"Jika ada tentara Turki penjaga perbatasan melihat orang masuk Suriah untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan, tentara itu seolah-olah tidak melihat dan membiarkannya sehingga bisa masuk Suriah dengan aman," kata dia.

Tapi ini menurutnya hanya kondisional. Beberapa tentara Turki, terutama yang mendukung Assad, akan menembaki orang-orang yang mencoba masuk Suriah. Belum lagi ancaman terkena imbas perang di Suriah. Pasalnya, para relawan ini langsung turun ke zona konflik untuk salurkan bantuan.

"Oleh karena itu, kami memberikan syarat bagi relawan yang akan ikut pergi ke Suriah, bahwa mereka harus siap dengan risiko terberat menjalankan misi di medan konflik, yaitu mati," kata Jati.

Kendati dalam kondisi perang, namun Jati mewanti-wanti para relawan untuk tidak terlibat pertempuran dan fokus menjalankan misi kemanusiaan, yaitu menyalurkan logistik dan obat-obatan.

"Saya terus mengingatkan mereka agar tetap berhati-hati dalam bersikap dan tidak terlibat perang secara langsung," tegasnya.

Sudah 100.000 orang tewas di Suriah sejak perang saudara pecah di negara itu lebih dari dua tahun lalu. Sebanyak 1,6 juta rakyat Suriah hidup menderita di pengungsian. Sementara 1,9 juta lainnya diintai maut tinggal di kediaman mereka. (VivaNews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar