Sabtu, 02 April 2016

Tak Pedulikan AS, Korea Utara Tetap Lanjutkan Program Nuklir


Korea Utara (Korut) akan mengejar program nuklir dan rudal balistik tanpa peduli Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya, dan kini terjadi keadaan "semi-perang" di semenanjung Korea, demikian diplomat senior pihak Pyongyang di Jenewa.

So Se Pyong, Duta Besar Korut untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Jenewa, Swiss, pada Jumat waktu setempat (Sabtu WIB) mengecam latihan militer bersama AS-Korea Selatan (Korsel) yang lokasinya segaja ditujukan untuk "mengancam Presiden Korut dan menaklukkan Pyongyang".


Tak Pedulikan AS, Korea Utara Kejar Program nuklir tanpa peduli AS

"Jika AS terus, maka kita harus membuat langkah-langkah balasan juga. Jadi, kita harus mengembangkan, dan kita harus membuat lebih banyak pencegahan, pencegahan nuklir," kata So, yang juga utusan Korut untuk Konferensi yang disponsori Komisi PBB untuk Perlucutan Senjata.

Dalam wawancara khusus berbahasa Inggris dengan Reuters, So menegaskan, "Kebijakan Simultan adalah kebijakan negara saya, dan partai saya juga, yang berarti produksi nuklir dan pembangunan ekonomi."


Ia menjelaskan hal itu mengacu pada program kebijakan Presiden Korut Kim Jong-Un yang diharapkan akan disahkan pada kongres Partai Pekerja yang berkuasa pada bulan Mei 2016.

Korut dilaporkan melakukan uji coba nuklir keempat pada bulan Januari dan meluncurkan roket jarak jauh pada bulan Februari. Bahkan, militer Korsel pada Jumat mengatakan bahwa Korut telah menembakkan rudal ke laut lepas pantai timur.

So menegaskan, Korut tidak memiliki informasi tentang penembakan rudal terbaru atau sekitar dugaan Korsel bahwa negaranya telah mengganggu penerimaan sinyal alat sistem penentu lokasi global (global positioning system/GPS) yang dilaporkan pihak Seoul bahwa nelayannya terpaksa gagal melaut dan kembali ke pelabuhan.

"Mereka membuat terlalu banyak manipulasi, terlalu banyak laporan palsu," kata So, menanggapi komentar Korsel. Namun, ia mengakui, terlalu banyak ketegangan di Semenanjung Korea.

Sementara itu, Presiden AS Barack Obama bergabung dengan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dalam konperensi tingkat tinggi (KTT) membahas nuklir Korut, Kamis lalu (31/3).

Obama berjanji untuk meningkatkan tekanan ke Korut dalam menanggapi uji coba nuklir dan rudalnya. Ketiga pemimpin menegaskan kembali keinginan kuat negara mereka untuk menjaga pertahanan satu sama lain sekaligus memperingatkan bahwa mereka bisa mengambil langkah lebih lanjut untuk menghadapi ancaman dari Pyongyang.

Menanggapi hal itu, So berkomentar, "Sebenarnya bahwa KTT itu, kita menyebutnya ... semacam propaganda."

So juga menolak pembicaraan terhadap pengamanan bahan atom yang rentan untuk aksi terorisme nuklir. (Antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar