Google tengah mengemban misi untuk memasukkan konten terkait militan radikal ISIS ke dalam dark web. Setidaknya, ini bisa menghambat penyebaran propaganda dan aktivitas perekrutan anggota baru kelompok radikal tersebut.
Dark web adalah istilah untuk menyebut sisi gelap web yang tidak terjamah. Tidak sembarang orang bisa mengaksesnya, karena dibutuhkan kepiawaian khusus.
Jared Cohen, Director Google Ideas mengatakan, untuk memenangkan kembali teritori digital yang direbut kelompok ekstrimis, ketakutan akan penangkapan harus dimanfaatkan sebagai alat.
"Anggota kelompok ini harus belajar takut akan kemungkinan ditangkap ketika menggunakan internet untuk mempromosikan organisasi mereka," ujarnya seperti dikutip dari International Business Times, Rabu (20/1/2016).
Berbicara di konferensi 'Waging a Digital Counterinsurgency' di London, Inggris, Cohen juga mengomentari operasional online para teroris.
"Yang terbaru adalah, mereka beroperasi tanpa kembali lagi ke internet yang sama dengan yang kita nikmati. Jadi sepertinya memasukkan ISIS ke dark web bisa berhasil," usulnya.
Cohen saat ini memimpin proyek yang diyakini berupa sebuah produk yang bisa menangkal tindakan penindasan. Google juga sedang menggarap tool yang bisa mengidentifikasi lebih baik dan menghilangkan akun media sosial milik anggota ISIS guna mencegah mereka mengontak untuk melakukan perekrutan.
Pemerintah Inggris memutuskan untuk berkolaborasi dengan perusahaan teknologi terkemuka untuk memastikan propaganda terorisme di ranah online dapat ditekan sejak awal. Sejauh ini, Inggris menghapus 1.000 konten ilegal terkait dengan terorisme dari internet setiap minggunya.
Di Indonesia sendiri, pemerintah disarankan menggandeng netizen untuk menghambat laju pergerakan ISIS. Pengamat kejahatan terorisme Noor Huda Ismail mengatakan, pendukung ISIS gencar melakukan propaganda dan kampanye melalui dunia maya, seperti Twitter, Facebook, YouTube atau blog.
Sehingga, menurut pria yang juga pendiri Institute for International Peace Building ini, pemerintah perlu membuat strategi dan upaya sistematis untuk membendung gerakan terorisme di dunia maya. Ini bisa dilakukan dengan melibatkan netizen.
"Jika ISIS telah berhasil mengunakan jejaring sosial untuk menyebarkan pesan mereka di Facebook, Twitter dan YouTube, kitapun masyarakat madani perlu membuat kampanye serupa di media sosial untuk melawan gerakan mereka. Kita bisa 'belajar' bagaimana 'kreatifnya' kelompok ini menggunakan teknologi untuk menyebarkan ideologi mereka dengan melihat produksi video, membaca Twitter dan semua yang mereka posting di dunia maya," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar