Senin, 12 Oktober 2015

Konflik di Suriah Bisa Sulut Perang Dunia Ketiga


Konflik di Suriah bisa menyulut perang dunia ketiga. Hal itu berdasarkan dari pengamatan atas ketegangan internasional yang berpusat di Suriah.

Ketika pasukan yang dipimpin Amerika Serikat mengumumkan mereka telah melakukan 24 serangan ke kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Rusia mengklaim sudah melancarkan 55 pukulan ke kelompok tersebut, dan Presiden Vladimir Putin menganggap serangan AS tak membuahkan hasil.


Konflik di Suriah Bisa Sulut Perang Dunia Ketiga

Namun sejumlah kelompok pemberontak di Suriah mengklaim bahwa serangan udara Moskwa yang dibarengi serangan darat dari pasukan Presiden Suriah Bashar Assad menyasar juga ke kelompok yang tak berhubungan dengan ISIS, termasuk pejuang yang dilatih AS.

Sementara langit Suriah menjadi sangat ramai. Para komandan militer khawatir bentrokan kapal tempur, helikopter, drone, rudal dan artileri kian meningkat dan bisa berdampak global.


Seorang pengamat militer memperingatkan bahwa sangat tidak mungkin menjelaskan secara masuk akal lalu lintas udara yang demikian rumit tersebut.

"Mengingat sejumlah lalu lintas militer di udara memunculkan kekhawatiran yang nyata. Sebuah pesawat akan ditembak jatuh akibat kesalahpahaman yang bisa menimbulkan bencana. Itu berarti kita kemungkinan menghadapi detik-detik eskalasi yang membawa kita pada ambang peperangan."

Beberapa pesawat AS di atas langit Suriah telah meninggalkan target, dan bahkan bertaruh nyawa demi menghindari jet-jet Rusia. Gambar radar mengejutkan dari Komando Pusat AS di Qatar menunjukkan seberapa dekat jet F-16 milik AS dengan pesawat tempur Rusia, Su-34, di atas udara Suriah.

Komandan serangan udara AS, Letnan Jenderal Charles Brown menyatakan, pesawat AS dan Rusia berada dalam jarak 20 mil. Dalam 20 detik mereka bisa saling menyerang.

Sementara, kapal induk China, Lianoning sudah mangkal di lepas pantai Suriah siap meluncurkan pesawat tempur J-15 untuk melakukan serangan udara. China sendiri diketahui adalah sekutunya Rusia.

Pengamat negara Rusia dari Komunitas Henry Jackson, Dr Andrew Foxall dikutip The Mirror online mengatakan, sebuah kesalahan sasaran bisa mengarah pada "insiden diplomatik proporsi bencana".

Peta konflik

Namun yang paling mengkhawatirkan dan bisa menjadi mimpi buruk adalah bahwa perang tanding yang dilancarkan koalisi global anti ISIS terhadap pasukan pendukung Assad milik Putin akan mengarah pada ambang konflik besar-besaran.

"Rusia memiliki tujuan yang sangat berbeda dengan koalisi Nato yang mendukung demokrasi liberal serta perubahan rezim di Suriah," kata dr Foxall.


Konflik di Suriah Bisa Sulut Perang Dunia Ketiga

"Kepentingan utama Kremlin adalah mempertahankan rezim pro-Rusia di Suriah," lanjut dia.

Ketelibatan China akan berdampak lebih rumit. Dikhawatirkan, China melancarkan serangan udara terhadap ISIS sebagai kedok untuk menyerang pemberontak di Suriah.

Ada juga kekhawatiran Barat bahwa Rusia berusaha menyebarkan pengaruhnya di berbagai daerah di Suriah, terutama pada muslim syiah Irak dan Iran yang dibenci ekstermis seperti ISIS.

Irak kemungkinan mengikuti pemimpin Suriah yang meminta bantuan Rusia untuk melancarkan serangan udara terhadap ISIS. Hal itu merupakan hasil rencana mata-mata Putin yang dilakukan berbulan-bulan.

Iran sudah mengizinkan Rusia untuk terbang di wilayah udaranya, dua aliansi rival yang kuat sudah muncul di Timur Tengah, mengingatkan sebuah formasi Perang Dunia I.

Ketegangan memuncal di tengah laporan bahwa pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Bahgadadi telah diselundupkan ke tempat jauh dalam "kondisi yang tak diketahui" setelah konvoinya dibom oleh angkatan udara Irak.

Putin mengecam Barat bahwa "mereka memerangi terorisme tetapi tidak menunjukkan hasil."

Namun mantan Sekjen Nato, Jaap de Hoop Scheffer kepada media Channel 4 menyatakan, "Saya pikir Putin pada akhirnya akan jatuh pada pedangnya sendiri,"

"Dia akan menjadi anti-kristus untuk setiap Sunni di Timur Tengah,"

Di bagian lain di perbatasan bagian barat Suriah, Turki bereaksi keras ketika Rusia melewati wilayah udaranya. Tentu saja, Nato akan membela Turki yang merupakan salah satu anggota sekaligus sekutunya.

Lalu Inggris mengirimkan 100 pasukannya ke Polandia, Estonia, Lithunia dan latvia untuk berjaga-jaga dari agresi militer Rusia pasca-intervensi negara bekas Uni Soviet itu ke Ukraina. Ditambah peningkatan jumlah serangan Rusia yang melewati langit Inggris.

Mantan kepala M16, Sir John Sawers telah memperingatkan, Rusia dan Barat akan bentrok jika Putin tidak bekerja sama dengan koalisi yang dipimpin AS. (Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar