SPIONASE Jepang telah dimulai semenjak 2.478 tahun silam, sejak Sun Tzu, ahli strategi Tiongkok, menyebarkan teknik-tekniknya di bidang intelijen.
Makanya banyak cendikiawan Jepang menyatakan hormat dan berutang budi intelektual kepada Sun Tzu karena Ping Fa (Seni Perang) yang ditulisnya meletakkan dasar-dasar teknik intelijen yang menakjubkan.
Bahkan, aksioma utama bagi spionase Jepang adalah pernyataan Sun Tzu; “Apabila Anda mengenal diri sendiri dan mengenal musuh, Anda bisa memenangkan pertempuran. Mengalahkan musuh secara psikologis merupakan strategi unggul. Mengalahkan musuh secara militer merupakan strategi yang asor.”
Total Intelijen
Pun demikian, menurut Richard Deacon, dalam Menyingkap Dinas Rahasia Jepang, bangsa Jepang tidak begitu saja mengadopsi Ping Fa. Mereka mengembangkan dan menyesuaikan penjelasan-penjelasan Sun Tzu dengan gayanya sendiri.
"Apabila Jepang mempelajari gagasan dari bangsa lain, mereka pasti memperbaiki gagasan tersebut. Artinya, semangat yang diusung bangsa Jepang, cari dan temukan praktik terbaik di seluruh dunia dan lakukan perbaikan atasnya," papar Deacon, pakar intelijen dunia.
Deacon menambahkan, di antara semua bangsa di dunia, tidak ada yang melebihi hasrat bangsa Jepang dalam hal ingin menguasai ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan senantiasa menjadi landasan berpikir bagi dinas rahasia Jepang.
Dalam perkembangannya, Jepang tak hanya menggunakan spionase untuk kepentingan politik dan militer, seperti banyak dilakukan negara lain.
"Spionase ala Jepang mencakup semua bidang. Jepang menerapkan total intelijen," tulis buku Jejak Intel Jepang.
Setelah menyempurnakan teknik Sun Tzu, Jepang menjalankan spionase militer, ekonomi, industri, ilmu dan teknologi, kebudayaan, selera konsumen, kotak saran, tingkah laku manusia, ekologi, dan seterusnya.
Gerakan dinas rahasia Jepang itu pun menyebar ke seluruh penjuru dunia. Mereka beremigrasi.
"Sejarah emigrasi Jepang dimulai pertama kali dengan memberangkatkan kapal ke Hawaii Amerika Serikat pada 1868," tulis Shutsunyukoku Kanri Tokei. (JPNN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar