Selasa, 01 September 2015

Jepang keluhkan rencana kehadiran Ban Ki-moon di parade militer Tiongkok


Pemerintahan Jepang mengeluh kepada PBB atas rencana Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon menghadiri parade besar militer di Beijing guna memperingati 70 tahun kekalahan Jepang di Perang dunia II.

Juru bicara pemerintah Yoshihide Suga menyeru PBB bersikap "netral" setelah Tokyo menyampaikan keluhan kepada badan dunia beranggotakan 193 negara itu pada Jumat.



"Kami ingin mendorong negara anggota melihat ke masa depan dan tidak perlu fokus pada peristiwa tertentu pada masa lalu," kata Suga dalam jumpa pers pada Senin.

Acara parade itu direncanakan dilakukan pada Kamis, ajang pamer kekuatan saat Tiongkok mengambil sikap lebih tegas di kawasan dan akan melibatkan 12 ribu tentara serta 500 peralatan di Lapangan Tiananmen, dengan hampir 200 pesawat terbang.


Pejabat Tiongkok mencatat sebanyak 24 kepala negara dan pemerintah akan hadir, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Korea Selatan Park Geun-Hye dan Afrika Selatan Jacob Zuma di antara tokoh paling menonjol.

Sekretaris Jenderal PBB juga masuk dalam daftar, sementara para pejabat Jepang, termasuk Perdana Menteri Shinzo Abe, tidak.

Tokyo sebelumnya mengatakan Abe yang nasionalis telah memutuskan untuk menunda kunjungan ke Tiongkok sekitar waktu parade karena tentangan di dalam negeri atas usulan kontroversial untuk memperluas peran militer Jepang.

Tapi, media setempat mengatakan, pemerintah khawatir pada sikap anti-Jepang.

Abe sebelumnya menyatakan keinginan untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada awal September, tapi pembicaraan itu belum dikonfirmasi.

"Keprihatinan Pemerintah Jepang atas kunjungan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Ban Ki-moon ke Beijing mengkhianati pikiran sempit dari pemerintahan Shinzo Abe dan ketegaran mereka untuk bertahan dengan persepsi yang salah dari sejarah," kata koran "China Daily" dalam tajuknya pada Senin.

"Sikap ketidaksenangan yang terbuka itu bertentangan dengan etiket diplomatik, tanpa pula menyebutkan bahwa kekhawatiran Jepang tidak beralasan serta tidak masuk akal," katanya.

Mantan Perdana Menteri Jepang Tomiichi Murayama -yang mengeluarkan permintaan maaf atas perang pada 1995- akan hadir di acara peringatan itu dalam kapasitas pribadi.

Prancis dan Italia akan mengirimkan menteri luar negeri mereka, kata para pejabat, tapi pemerintah Amerika Serikat, Jerman dan Kanada akan diwakili oleh duta besar mereka.

Tiongkok telah berjuang untuk menarik minat global pada parade itu saat para pemimpin dunia mewaspadai kesan dari acara itu, dan risiko sari meminjamkan legitimasi.

Beijing menjadi semakin tegas di wilayah tersebut dan secara teratur menuduh Tokyo gagal untuk menunjukkan penyesalan yang cukup atas invasi ke Tiongkok pada abad 20.

Konflik itu secara resmi dikenal di negara ini sebagai "Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok terhadap Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia". (Antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar