Kamis, 16 Juli 2015

Iran resmi diizinkan punya nuklir, Israel kalang kabut


Setelah perundingan 13 tahun, sanksi ekonomi terhadap Iran karena memiliki teknologi nuklir resmi dicabut. Perwakilan enam negara dipimpin Amerika Serikat kemarin (14/7) di Kota Wina, Austria, menyetujui program nuklir Negeri Para Mullah asal terbukti untuk tujuan damai.

Iran resmi diizinkan punya nuklir, Israel kalang kabut

Surat kabar the Guardia melaporkan, kesepakatan ini memicu beragam reaksi dari seluruh dunia. Sekutu Iran, seperti Rusia mengapresiasi perjanjian tersebut.

Uni Eropa yang diwakili Prancis, Inggris, dan Jerman dalam tim enam turut mengutarakan optimismenya. Dengan penghentian embargo ekonomi, maka negara mayoritas Syiah ini dapat bersikap lebih damai di kawasan Timur Tengah.

"Saya kira (perjanjian) ini adalah harapan untuk seluruh dunia," kata Kepala Bidang Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini beberapa jam setelah rapat berakhir.


Pemerintah Indonesia turut mengapresiasi hasil perundingan itu yang dinilai memberi keuntungan bagi seluruh pihak. Menurut RI, kesepakatan ini menegaskan kembali hak setiap negara untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai.

"Tercapainya kesepakatan tersebut sekali lagi merupakan bukti efektivitas pemecahan masalah melalui cara damai," tulis pernyataan pers Kementerian Luar Negeri RI.


Iran resmi diizinkan punya nuklir, Israel kalang kabut

Adapun Israel sangat marah karena AS justru mendorong perjanjian tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan Iran sama sekali tidak bisa dipercaya.

"Iran seperti mendapat durian runtuh. Ini kesalahan besar sejarah," ujarnya seperti dikutip Reuters, saat berpidato di Ibu Kota Tel Aviv selepas kabar dari Wina beredar di media.

Kampanye segera digencarkan oleh politikus Zionis kepada anggota Kongres AS. Kongres sejauh ini dikuasai Partai Republik yang bersimpati pada agenda Israel.

Netanyahu mendesak sekutunya di parlemen Amerika memanfaatkan waktu 60 hari ke depan untuk menolak hasil perjanjian itu.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Gilad Erdan mengatakan kesepakatan Wina hanya akan membuat Iran besar kepala, memicu lebih banyak terorisme dan kekacauan di Timur Tengah.

"Mudah-mudahan Kongres dan Senat akan bisa melihat kebenaran," kata Erdan.

Kongres sebetulnya tidak bisa membatalkan sepihak perjanjian itu. Kalaupun Kongres meminta AS mundur dari dukungan pada Iran, Presiden Barack Hussein Obama masih punya hak veto untuk memastikan pemerintah tetap meratifikasi kesepkatan nuklir Iran.

Obama sejak jauh-jauh hari sudah menenangkan Israel, bahwa membiarkan Iran memiliki nuklir tidak akan mengganggu stabilitas kawasan.

"Saya akan menganggap (perjanjian nuklir Iran) kegagalan fundamental masa kepemimpinan saya, jika konsekuensinya membuat Israel lebih rapuh," kata Obama dua bulan lalu.

Tapi Israel sangat paranoid dengan Iran yang memiliki teknologi pengayaan uranium. Sampai sekarang, Republik Islam Iran tidak mengakui eksistensi Israel. Di masa kepemimpinan Presiden Mahmud Ahmadinejad, Iran pernah secara terbuka berjanji menghapus republik Zionis itu dari peta dunia.

Saling gertak Israel-Iran rutin terjadi saban tahun. Dibanding Arab Saudi yang berpengaruh di Timur Tengah tapi tidak memiliki teknologi nuklir, militer Zionis lebih merasa terancam dengan Iran maupun sayap paramiliternya, Hizbullah.

"Iran, dengan bantuan Hizbullah dan sekutunya, mampu menghancurkan Tel Aviv dan Haifa jka terjadi perang dengan Zionis," kata Jenderal Yahya Rahim Safavi.

Hulu ledak jarak jauh maupun menengah Iran, yakni seri rudak Fajr, diperkirakan mencapai 80 ribu unit. Semuanya bisa menjangkau wilayah Israel.

Sesuai naskah perjanjian dengan enam negara itu, Iran bersedia mengurangi persediaan fasilitas pengayaan uranium hingga 98 persen. Dengan demikian, negara Syiah kaya minyak itu dipastikan tidak memiliki bahan baku senjata nuklir. Selain itu, pemerintah Iran juga bersedia diperiksa badan internasional Energi Atom (IAEA) saban tahun.

Sebagai ganti atas sikap kooperatif itu, Iran tidak lagi dikenakan sanksi ekonomi, baik oleh AS, Inggris, maupun Jerman. Iran memiliki reaktor nuklir terbesar di Arak, yang menurut laporan PBB sudah mampu mengurai uranium ke level 20 persen, tahap awal membuat bom.

Untuk diketahui, satu-satunya negara di Timur Tengah yang dipastikan memiliki hulu ledak nuklir adalah Israel. Iran sejauh ini baru memiliki reaktor pengurai uranium. Sementara Arab Saudi baru berencana mengimpor bahan baku dan alih teknologi senjata nuklir dari Pakistan.

Presiden Iran Hassan Rouhani belum berkomentar mengenai protes dari Israel. Dia hanya menekankan bahwa negaranya berkomitmen untuk membangun instalasi nuklir demi kepentingan damai, khususnya agar desa-desa di negaranya bisa teraliri listrik.

"Jka (6 negara) tetap pada kesepakatan maka kita juga demikian. Iran selalu menepati janji dan kesepakatan," kata Rouhani.

Sedangkan Pemimpin spiritual Iran Ayatullah Ali Khamenei mengatakan citra negaranya sedang dirusak oleh Amerika Serikat.

"Mereka (AS) menciptakan mitos soal senjata nuklir supaya Iran dianggap sebagai sumber ancaman. Padahal sumber ancaman adalah Amerika sendiri," kata Khamenei. (Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar