Perang Vietnam menjadi perang paling berdarah yang dialami serdadu Amerika Serikat (AS) setelah Perang Dunia Kedua. Perang ini telah memakan korban meninggal dunia dari tentara AS sebanyak 58.303 orang, dan melukai 303.644 lainnya.
Dari sejumlah kisah yang pernah dibuat dalam layar lebar, namun belum banyak yang mengetahui perjuangan seorang pilot tempur AS pada perang yang berlangsung pada 19621973 ini. Yakni, kisah penyelamatan Kapten Bob Pardo dan rekannya Letnan Satu Steve Wayne terhadap pesawat tempur lain yang dipiloti Kapten Earl Aman.
Peristiwa ini berlangsung pada 10 Maret 1967. Ketika itu, Pardo dan Aman ditugaskan untuk melakukan pengeboman di sebuah lokasi yang disinyalir penuh dengan tentara Viet Cong. Mereka lantas terbang menuju tempat yang ditentukan.
Belum sempat melepas bom, ternyata seluruh pesawat dihujani tembakan meriam anti-pesawat udara. Dari seluruh jet tempur F4 Phantom, pesawat yang dipiloti Aman mengalami kerusakan paling parah, tanki dan membuatnya kehilangan bahan bakar.
Kehilangan bahan bakar yang begitu banyak membuat pesawat yang diawaki Aman dan Houghton ini terancam jatuh di lokasi rawan. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan keduanya tertangkap tentara Viet Cong, apalagi mereka dikenal sadis serta tak segan membunuh maupun menyiksa tawanan perang.
Kondisi tersebut membuat Pardo mengambil langkah berani. Bersama rekannya Wayne, Pardo berusaha menyelamatkan Aman dan Houghton dari ancaman tentara Vietnam Utara. Dia pun mengambil inisiatif dengan mendorong pesawat yang tertembak tersebut dengan pesawat jet yang dioperasikannya.
Aksi ini setingkat di atas gila. Bayangkan mendorong pesawat tempur bak mendorong motor mogok di jalan raya.
Pardo ingat di bagian bawah pesawatnya terdapat pengait. Pengait ini biasa dipakai ketika seluruh pesawat mendarat di Kapal Induk, sehingga tidak kebablasan saat melakukan pendaratan.
Pardo lantas meminta Aman untuk menurunkan alat pengait tersebut. Setelah itu, pilot tempur kelahiran Waco, Texas ini langsung mendorongnya dengan menggunakan bagian hidung pesawat. Cara ini ternyata lebih ringan dan membuat F4 Phantom rekannya bisa terdorong.
Tak hanya itu, Aman diminta mematikan mesin pesawat dan memercayakan sepenuhnya kepada Pardo. Alhasil, pesawat tersebut tidak menukik tajam akibat berkurangnya kecepatan. Meski begitu, beberapa kali terlepas setiap 15 sampai 30 detik, namun dengan cepat Pardo mengubah posisi pesawatnya.
Di saat bersamaan, pesawat yang dipiloti Pardo ternyata mengalami kebakaran. Kondisi itu membuat upaya penyelamatan semakin sulit, sebab Pardo hanya bisa menggunakan satu dari dua mesin pendorong F4 Phantom selama 10 menit terakhir. Tak hanya itu, bahan bakar yang dimilikinya terus berkurang drastis hingga membuat kecepatan keduanya semakin berkurang.
Selama 10 menit itu pula, Pardo berhasil mendorong F4 Phantom yang dipiloti Aman sepanjang 88 mil, hingga berhasil melalui kawasan udara Laos dengan ketinggian 6.000 kaki. Di sisa dua menit, Pardo dan Aman bersama-sama kedua co-pilotnya keluar dari pesawat, berusaha keras menghindari penangkapan sebelum akhirnya diangkut heli penyelamat.
Namun, kisahnya ini sempat terpendam mengingat pertempuran yang masih berlangsung selama beberapa tahun setelahnya. Baru pada 1989, militer AS meneliti kembali kejadian itu dan mengganjar Pardo dan Wayne dengan menyematkan Silver Star. Penghargaan ini baru diterima dua dekade setelah insiden tersebut berlangsung. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar