Februari 2010 lalu, saya sempat menulis tentang beberapa berita yang dilansir beberapa massa berbahasa Spanyol di Amerika Latin mewartakan bahwa beberapa hari menjelang terjadinya bencana alam di Haiti dipicu oleh adanya tes uji coba senjata seismic (senjata yang berkekuatan gempa) yang dilakukan oleh Pasukan Armada Keempat Amerika Serikat. Menurut informasi stasiun TV pemerintah Venezuela Channel Vive TV, senjatai seismic yang dites uji coba oleh pasukan Armada Keempat AS akan digunakan ketika harus menghadapi Iran.
Selain itu TV pemerintah Venezuela ini lebih lanjut mewartakan, goncangan yang dialami Venezuela pada 8 Januari 2010 lalu dan di Honduras pada 11 Januari 2010 lalu, serta di Haiti pada 12 Januari 2010, diyakini bersumber dari penyebab yang sama. Yaitu adanya tes uji coba senjata seismic oleh Armada Keempat Amerika.
Bahkan gempa berkekuatan 7,8 magnitude pada 12 Mei 2008, di Provinsi Sechuan, Cina, juga dipicu oleh uji coba senjata seismic ini. Dengan kata lain, kita patut bercuriga jangan-jangan bencana alam di Haiti maupun beberapa negara lainnya tersebut, bukan sekadar akibat tes uji coba senjata seismic oleh Armada Keempat AS, melainkan juga merupakan indikasi bahwa tes uji coba senjata seismic tersebut memang secara sengaja dimaksudkan untuk merekayasa terjadinya bencana alam seperti gempa bumi atau banjir bandang.
Karena itu sangatlah tidak mengejutkan ketika Senin (02/03 )situs berita viva.co.id melansir berita pernyataan dari Profesor Alan Robock dari Universitas Rutgers di New Jersey, AS, yang mengaku baru-baru ini ada seorang konsultan yang meneleponnya, bertanya bisakah dia mendeteksi jika ada pihak yang merekayasa iklim. Konsultan itu diketahui bekerja untuk CIA.
Tentu saja pernyataan Profesor Robock menjadi menarik mengingat pernyataan tersebut dilansir oleh harian Inggris the Daily Mail pada 16 Februari lalu. Kalau kita menyimak cerita Profesor Robock selanjutnya, memang bisa disimpulkan bahwa Amerika memang sudah lama mendesain suatu teknologi untuk memanipulasi cuaca.
Dia mengatakan pada konsultan CIA itu, bahwa upaya untuk memanipulasi cuaca dalam skala besar dapat dideteksi. Tapi pada konferensi tahunan di San Jose, dia mengatakan bahwa cuaca telah menjadi senjata sejak lama.
Sebagai misal, Saat Perang Vietnam, para ilmuwan AS berusaha meningkatkan curah hujan untuk menghambat pergerakan musuh, dengan menyebar partikel ke awan. Tehnik itu selanjutnya digunakan juga oleh CIA.
CIA merekayasa curah hujan di Kuba, membuat hujan deras yang panjang untuk menghancurkan panen gula di Kuba. Manipulasi hujan bukan cuma untuk memicu banjir, tapi juga kekeringan.
Bahkan Profesor Robock meyakini bahwa CIA telah menanamkan banyak dana terkait rekayasa iklim. Namun, mengingat reputasi seorang ilmuwan macam Profesor Robock, rasa-rasanya keyakinannya itu cermin dari pengalaman dan pengamatan yang intensif bertahun-tahun. Tegasnya, keyakinan Profesor Robock bukan sekadar khayalan atau fantasi belaka.
Apalagi kalau kita telisik sejak 2006 lalu, Amerika memang telah mengadakan penelitian untuk menguji-coba efisiensi dari beberapa teknologi spesifik yang dianggap sanggup untuk mempengaruhi getaran bumi pada skala yang bisa memicu gempa bumi. Inilah salah satu program yang kami sempat singgung dalam artikel kami terdahulu, yaitu High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP).
Program ini diluncurkan oleh Amerika pada pertengahan 1990-an lalu. Dan hasilnya memang cukup menggemparkan, yaitu mampu memicu terjadinya fenomena cuaca yang tidak normal seperti banjir, gempa bumi, angin topan, dan bahkan musim kekeringan (kemarau).
Mencermati hal itu, maka Global Future Institute mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengusut dan melakukan investigasi terhadap riset HAARP dan berbagai tes uji coba yang dilakukan pihak militer Amerika di Alaska.
Sudah bisa disimpulkan, meski harus diadakan penelitian secara lebih mendalam, terdapat indikasi kuat bahwa teknologi militer baru Amerika telah digunakan untuk memicu bencana alam di Haiti, dan karenanya bisa digunakan di negara-negara lain manapun di dunia. (GFI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar