Parlemen Ukraina mencabut status "non-blok" negara itu yang memiliki tujuan akhir bergabung dengan NATO.
Langkah ini membuat Moskow marah karena negara itu berpandangan perluasan aliansi negara-negara barat ke arah timur merupakan ancaman terhadap keamanannya.
Presiden Poroshenko dan Kanselir Jerman Angela Merkel, Ukraina semakin mendekatkan diri dengan Eropa dan NATO. (Reuters/Ukrainian Presidential Press Service/Mikhail Palinchak/Handout) |
Kiev pertama kali mengumumkan rencana mendapat perlindungan sebagai anggota NATO pada bulan Agustus setelah partisipasi terbuka militer Rusia dalam perang separatisme di provinsi-provinsi timur Ukraina.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut pencabutan status netral militer dan politik Ukraina itu sebagai langkah "kontra-produktif" yang hanya akan meningkatkan ketegangan pada krisis di wilayah timur.
"Langkah ini hanya akan meningkatkan konfrontrasi dan menciptakan ilusi bahwa krisis dalam negeri Ukraina bisa dipecahkan dengan meloloskan undang-undang tersebut," ujar Lavrov seperti dikutip kantor berita TASS.
Menteri Luar Negeri Ukraina Pavlo Klimkin mengatakan di depan parlemen Ukraina sebelum pemungutan suara bahwa langkah tersebut menggarisbawahi tekad negara ini untuk mengubah arah ke Eropa dan Barat.
"Langkah ini akan berujung pada integrasi dengan Eropa dan wilayah Euro-Atlantik," ujarnya.
Amandemen undang-undang ini lolos dengan mudah setelah mendapat dukungan suara 303, 77 suara lebih tinggi dari suara minimum yang diperlukan.
Keputusan bergabung ke dalam aliansi militer Barat akan membutuhkan waktu bertahun-tahun, tetapi juru bicara NATO di Brussels mengatakan: "Pintu kami terbuka dan Ukraina akan menjadi anggota NATO jika negara itu meminta dan memenuhi standar dan mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku."
Hubungan antara Moskov dan Kiev mencapai titik terendah sejak Rusia merebut semenanjung Krimea dari Ukraina pada Maret dan terjadi pemberontakan pro-Rusia di provinsi timur negara itu.
Pemerintah Ukraina yang pro-Barat menuduh Rusia berperan dan mempersenjatai pemberontakan tersebut setelah presiden Ukraina yang dekat dengan Moskow digulingkan.
Kremlin menyangkal berada di balik gerakan pemberontakan tersebut. (CNN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar