Polisi Nasional Kanada (RCMP) pada Kamis kemarin, merilis video yang menggambarkan kronologi terjadinya penyerangan Gedung Parlemen di Rabu 22 Oktober 2014.
Menurut keterangan Komisioner RCMP, Bob Paulson, pelaku penembakan, Michael Zehaf-Bibeau, tiba di komplek gedung parlemen dengan menggunakan mobil sedan warna krem.
Zehaf-Bibeau lalu menyerang dan menembak dari belakang pasukan keamanan bernama Nathan Cirillo. Dia tengah berjaga dalam keadaan tidak bersenjata di depan patung Nisan Pasukan Kanada yang Tidak Dikenal yang berada di dekat komplek parlemen.
Pria berusia 32 tahun itu lalu menembak pasukan penjaga kedua, namun meleset. Dia kemudian terlihat meneriakkan sesuatu dalam Bahasa Inggris, lalu mengendarai mobilnya ke bagian utara Wellington Street yang menuju ke Gedung Parlemen.
Dia memarkirkan mobilnya tepat di depan komplek parlemen di East Block. Zehaf-Bibeau keluar dari mobil dengan menodongkan senjata ke arah pejalan kaki. Hal itu membuat mereka ketakutan dan lari menjauhi pelaku.
Dia lalu membajak sebuah mobil menteri dan mengendarainya ke arah Centre Block Gedung Parlemen. Polisi yang menyadari mobil curian itu langsung mengejar pelaku.
Begitu tiba, Zehaf-Bibeau langsung masuk ke Gedung Parlemen dan di sana terjadi baku tembak dengan pasukan pengamanan dan petugas RCMP. Dia tewas, setelah ditembak Sersan Kevin Vickers yang juga mantan anggota RCMP.
Paulson menjelaskan, jeda antara Zehaf-Bibeau memarkirkan mobil dan dia memasuki area Center Block hanya satu menit dan 23 detik.
Zehaf-Bibeau diketahui tiba di ibukota Ottawa pada Selasa lalu. Menurut Paulson, dia tiba di sana untuk mengurus paspor dan berniat akan berangkat ke Suriah.
Namun, menurut Paulson, Zehaf-Bibeau tidak termasuk di dalam daftar 90 nama yang diduga polisi Kanada berpotensi mengancam keamanan. Dia juga tidak terkait dengan kasus tabrak lari yang terhadi pada Senin kemarin.
"Zehaf-Bibeau adalah sosok individu yang mungkin memeluk paham ekstrimis," ujar Paulson.
Dia memiliki dwi kewarganegaraan yakni Kanada dan Lbiya. Selain itu, menurut keterangan beberapa rekannya, Zehaf-Bibeau baru saja menjadi mualaf, karena dia kerap terlihat keluar dari masjid.
Menurut beberapa teman, dia dalam keadaan emosi yang tidak stabil.
Sementara itu, Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper, mengatakan usai insiden tersebut, justru tidak akan menciutkan nyali pemerintah untuk memberantas terorisme. Justru, ia akan memperkuar hukum anti-terorisme.
Harper turut menyebut, negaranya tidak akan terintimidasi dengan tindak kekerasan semacam itu atau berpaling dari koalisi bersama Amerika Serikat untuk memerangi kelompok Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS). (VIvaNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar