Kamis, 16 Oktober 2014

ISIS Diduga Kuasai Ribuan Amunisi Kimia Irak


Dokumen-dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) yang dilansir Reuters, Kamis 16 Oktober, menyebutkan penemuan 4.990 amunisi kimia di Irak, yang kini diduga telah jatuh ke tangan militan ISIS.

ISIS Diduga Kuasai Ribuan Amunisi Kimia Irak
Kamp pelatihan militan ISIS

Sementara laman The New York Times menyebut sejak invasi militer AS ke Irak pada 2003, berbagai insiden terus dilaporkan tentang tentara AS terluka akibat senjata kimia yang tersisa dari Perang Irak-Iran.

Salah satu laporan menyebut Sersan Duling, pada Agustus 2008, memimpin unit pasukannya ke sebuah gudang senjata kimia di luar kota Baghdad. Duling menyebut tentang penemuan gas mustard, namun AS diduga sengaja menyembunyikan laporan.

Alasan disembunyikannya penemuan senjata kimia, diduga karena AS bertanggungjawab atas kepemilikan senjata kimia oleh Irak. Pada lima atau enam insiden tentara terluka, senjata kimia itu didesain di AS dan diproduksi di Irak oleh perusahaan-perusahaan Barat.


Banyak selongsong yang digunakan dari jenis M110S, yang dikembangkan militer AS beberapa dekade lalu untuk penggunaan gas mustard. Disebut The New York Times, AS mengekspor selongsong dan teknologinya.

"Saat Irak berbelanja senjata pada 1980an, mereka mendapatkan perusahaan Italia dan Spanyol yang bersedia memperbanyaknya. Pada dokumen rahasia PBB disebutkan bahwa kedua negara itu telah menjual 85.000 selongsong M110S ke Irak, pada 1988.

Dokumen-dokumen internal pemerintah Irak menyebut bahwa selama Perang Irak-Iran (1980-1988), Baghdad secara aktif mengembangkan senjata kimia dengan bantuan negara-negara Barat seperti AS, Jerman Barat, Belanda, Inggris dan Prancis.

Selama perang tercatat lebih dari 50.000 warga sipil dan tentara Iran terbunuh karena senjata kimia Irak. Pusat penyimpanan senjata kimia Irak terbesar adalah di Muthanna, yang sejak Juni lalu telah dikuasai oleh ISIS.

Tindakan AS menyembunyikan laporan tentang senjata kimia dikhawatirkan bakal berdampak saat ini. Akhir pekan lalu, mantan Wakil Presiden AS Dick Cheney, memperkirakan bahwa serangan teror ke AS di masa depan bisa jauh lebih mematikan dari sebelumnya. "Kita dalam masa yang sangat berbahaya," kata Cheney. (VivaNews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar