Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri
Bagaimanakah pandangan Anda tentang agresi militer Zionis Israel ke Gaza sekarang ini? Apakah negara Yahudi itu telah berhasil memenangkan perang terhadap para pejuang Palestina?
Bila pertanyaan itu diajukan kepada para peserta jajak pendapat (polling) di media Aljazira.net, maka jawabannya berikut ini. Sebanyak 90.8 persen (7237) peserta polling menyatakan Israel ‘tidak’ berhasil mencapai tujuannya dalam serangannya ke Gaza. Hanya 9.2 persen (735) yang menyatakan ‘ya’ telah berhasil. Jajak pendapat diselenggarakan 6-9 Agustus 2014 dengan jumlah peserta 7972 orang.
Militer Israel menyerang Gaza sejak 8 Juli lalu. Sebelum genap 30 hari, kedua pihak -- pejuang Palestina dan Israel -- sepakat gencatan senjata selama tiga hari, untuk memberi waktu kepada para juru runding mereka di Kairo mengadakan pembicaraan bagi pemberhentian perang yang lebih permanen. Namun, para pejuang Hamas di Gaza juga mewanti-wanti kepada para juru rundingnya untuk menolak perpanjangan waktu -- berakhir Jumat (8/8) pagi -- kecuali Israel menyetop agresinya dan membuka blokade di seluruh wilayah Gaza.
Mereka, melalui Abu ‘Ubaidah, juru bicara Kataib Al Qosam, sayap militer Hamas, mengancam siap melayani agresor Israel dalam waktu panjang. Bila Israel menolak tuntutan para pejuang Palestina, terutama membuka blokade atas Gaza, mereka berjanji akan ‘memaksakan syarat-syarat yang lebih keras’ kepada Zionis Israel.
Mengapa para pejuang Palestina di Gaza justeru berani mengancam si agresor dan ogah menyerah? Bukankah Gaza kini sudah hancur di dihantam roket-roket dan senjata berat militer Israel?
Data di lapangan, mengutip media Aljazira.net, yang terjadi ternyata justeru kebalikannya. Sebulan agresi militer, Zionis Israel belum berhasil melumpuhkan semangat juang dan perlawanan rakyat Palestina.
Memang, bila ukuran keberhasilan adalah kehancuran infrastruktur dan banyaknya warga sipil Palestina yang menjadi syahid dan luka-luka, maka agresor Israel boleh berbangga. Mereka telah berhasil menghancurkan gedung-gedung pemerintah, rumah, sekolahan dan kampus, pusat pembangkit listrik, rumah sakit, irigasi, pusat-pusat perdagangan, pertanian, dan seterusnya.
Kehancuran ini belum termasuk sejumlah besar warga sipil yang menjadi syahid dan luka-luka. Juga mereka yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Atau keluarga-keluarga yang kehilangan anak, orang tua, suami/isteri, dan saudara-saudaranya. Karena itu benarlah apa yang dikatakan para pegiat hak asasi manusia bahwa operasi militer Israel bukan hanya untuk melumpuhkan perlawanan para pejuang Palestina, tapi sebagai bentuk genosida dan menghukum bangsa Palestina di Gaza secara jamaah.
Sebagai gambaran dahsyatnya kehancuran Gaza selama sebulan agresi militer Israel, marilah saya kutipkan data-data berikut yang saya ambil dari Aljazira.net. Jumlah warga Palestina yang menjadi syahid 1875 orang. Perinciannya, sebanyak 1487 warga sipil/laki-laki, 426 anak-anak, 255 perempuan, dan 89 belum diketahui/hilang. Sedangkan pejuang bersenjata yang menjadi syahid hanya 299 orang. Sementara itu, jumlah yang luka sebanyak 9653 orang, di antaranya 1927 perempuan dan 2877 anak-anak.
Mereka yang menjadi pengungsi berjumlah 475 ribu. Sebanyak 156 ribu orang karena rumahnya hancur rata dengan tanah dan 310 ribu orang lantaran takut ancaman Zionis Israel. Rumah yang rusak berjumlah 10.604, di antaranya 1.724 rata dengan tanah dan 8.880 rusak sebagian.
Sementara itu, masjid yang hancur berjumlah 132. Sebanyak 42 masjid rata dengan tanah dan 90 masjid rusak sebagian. Sebuah gereja rusak sebagian, 10 pemakaman Islam dan 1 pemakaman Kristen porak-poranda.
Fasilitas kesehatan juga banyak yang hancur terkena roket. Di antaranya 12 ambulans, 34 balai pengobatan, 13 rumah sakit. Bahkan pasien yang sedang dirawat di rumah sakit pun menjadi korban. Sejumlah 16 orang meninggal dunia dan 38 pasien luka-luka terkena reruntuhan gedung. Sementara itu, fasilitas pendidikan yang hancur meliputi 6 universitas yang menampung sekitar 100 ribu mahasiswa, 98 sekolah negeri, dan 90 sekolah milik lembaga bantuan internasional. Dua sekolah yang terakhir ini menampung sekitar 152 ribu murid.
Selanjutnya, fasilitas umum yang hancur meliputi 19 pembangkit listrik yang biasa melayani 1,7 juta rumah dan 8 pusat pengolahan air bersih yang biasa memasok air untuk 700 ribu rumah. Juga 315 gedung perkantoran,14 pabrik, 22 kantor yayasan bantuan kemanusiaan, 19 bank dan lembaga keuangan.
Total jendral dalam sebulan agresi militer Israel, kerugian ekonomi yang dialami Gaza sebesar 2,4 miliar dolar AS. Sejumlah 1.960 juta dolar merupakan kerugian langsung dan 440 juta kerugian tidak langsung.
Namun, apakah dengan kehancuran Gaza itu kemudian memadamkan perlawanan bangsa Palestina? Atau dengan kata lain, apakah Israel telah memenangkan perang di Gaza?
Mengutip berbagai media, ada beberapa target yang ingin dicapai ketika militer Israel menyerang Gaza pada 8 Juli lalu. Pertama, menculik atau menangkap para pimpinan politik dan militer Hamas baik hidup atau mati. Kedua, melumpuhkan suplai logistik kepada para pejuang Palestina. Ketiga, menghancurkan pusat-pusat peluncuran rudal dan tempat penyimpanan senjata serta amunisi.
Keempat, menghabisi semua fasilitas militer yang selama ini digunakan para pejuang Hamas untuk membuat dan mengembangkan persenjataan, termasuk rudal-rudal Al Qosam yang kini bisa menjangkau wlayah-wilayah di Israel. Terakhir, mengisolasi para pejuang bersenjata Palestina dari masyarakat sipil.
Hingga sebulan agresi militer Israel ke Gaza boleh dikata tak sapu pun dari tujuan-tujuan tersebut yang telah tercapai. Rudal-rudal Al Qosam dengan berbagai jenisnya terus meluncur dari berbagai wilayah di Gaza ke sejumlah sasaran di Israel. Yang mengejutkan, rudal-rudal itu bahkan diluncurkan dari lokasi-lokasi yang baru dihancurkan oleh serangan udara militer negara Yahudi itu.
Sementara itu, para pimpinan Hamas -- politik maupun militer -- bagaikan hantu di siang bolong. Menghilang ketika diserang, namun tiba-tiba muncul ketika musuh lengah. Bahkan mereka pun masih sempat memberi pengarahan kepada para juru runding yang ada di Kairo atau tempat lainnya. Juga sesekali muncul di media memberikan pernyataan.
Upaya Zionis Israel menemukan persembunyian mereka sejauh ini bak mencari jarum yang jatuh di tengah jerami. Mengutip media Aljazira, para pempinan Hamas tidak pernah berada di tempat tersendiri. Mereka selalu pindah-pindah dan berbaur dengan masyarakatnya. Bahkan masyarakatlah yang selama ini melindungi mereka. Mereka juga siap menjadi perisai hidup bagi para pimpinan Hamas.
Dalam sejarah bangsa Palestina, perjuangan melawan penjajah dan membebaskan negara bukan hanya tugas militer atau para pempinan. Membela kehormatan dan melawan sebuah kebiadaban adalah tugas segenap warga bangsa. Itu sebabnya, meskipun serangan Israel banyak memakan korban, namun para pejuang Palestina tidak akan mau menyerah. Mereka akan terus bangkit melawan sebuah kezaliman. (ROL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar